“Wanita tangguh yang penuh kasih”
Katharina
von Bora lahir di Lippendorf, Jerman pada tanggal 29 Januari 1499. Ia berasal
dari keluarga bangsawan, ayahnya bernama Hans Von Bora dan ibunya Anna Von
Haubitz. Tidak banyak informasi tentang masa kecil Katharina, namun
sejak kecil, ketika berumur 6 tahun ibunya sudah meninggal. Dia dibesarkan
dalam keluarga beragama Katolik Roma yang taat.
Hidup sebagai seorang biarawati

Pada
usia dua puluh empat tahun ia menerima pengajaran Reformasi dan dia dikonversi
ke Injil sejati Kristus Yesus, dan mulai meninggalkan karya-kebenaran Gereja
Roma. Setelah merangkul doktrin-doktrin dan keyakinan baru,
ia memutuskan untuk meninggalkan biara. Dia tidak bisa lagi hidupnya
didedikasikan untuk agama palsu. Pada akhirnya, dia melarikan diri dari biara
bersama dengan sebelas biarawati lainnya. Ini merupakan langkah yang sangat
berbahaya bagi para biara wanita yang melarikan diri dan mereka yang menyangkal
agama, karena hukumannya adalah hukuman mati. Tapi cintanya akan Kristus lebih
kuat dari ketakutannya akan kematian, sehingga dia berani melarikan diri. Katharina
dan teman-temannya berhasil melarikan diri dengan bersembunyi di kereta Koppe
yang tertutup antara barel ikan, dan melarikan diri ke Wittenberg, dalam
pelariannya, dia menghubungi Luther dan memohon bantuannya. Para biarawati yang
melarikan diri dengan cepat ditempatkan di keluarga atau menikah karena tidak
ada tempat untuk perempuan lajang dalam masyarakat pada waktu itu.
Menjadi isteri sang Reformator
Dalam
pelariannya, Katharina menjadi “incaran” para pria, termasuk alumnus
Universitas Wittenberg Jerome (Hieronymus) Baumgartner dari Nuremberg dan
seorang pendeta, Dr Kaspar Glatz dari Orlamünde, tetapi tidak ada yang cocok
bagi katharina. Akhirnya, ia menikah dengan Marthin Luther, pada 13 Juni 1525
di hadapan para saksi, termasuk Justus Jonas, Johannes Bugenhagen, dll. Meskipun
pernikahannya banyak yang menentang, tetapi ia berkata: “Pernikahan saya akan menyenangkan ayah saya, menggusarkan Paus,
menyebabkan malaikat tertawa dan setan menangis”.
Jadi
dengan tekad yang sudah bulat ia menikah. Pernikahan mereka bukan hanya atas
dasar kasih tetapi juga mencoba untuk memberi contoh dan bersuara keras
terhadap pandangan rendah terhadap pernikahan di Gereja Roma.
Setelah menikah, Katharina mengerjakan
tugas administrasi dan mengelola kepemilikan besar biara, memelihara dan
menjual ternak. Pada saat itu wabah penyakit meluas, Katharina diperbantukan di
sebuah rumah sakit untuk melayani orang sakit bersama perawat lainnya. Pernikahannya
dengan Luther dikaruniai enam orang anak, Hans, Elizabeth yang meninggal pada
usia delapan bulan, Magdalena meninggal pada tiga belas tahun, Martin Jr, Paul
dan Margarete, mereka juga mengangkat empat anak yatim piatu, termasuk
keponakan Katharina.
Isteri yang penuh tanggung jawab dan kasih sayang
Katharina biasa bangun jam 4
pagi untuk mengerjakan tanggung jawabnya sebagai isteri, sehingga Luther
menyebut istrinya itu sebagai “bintang pagi dari Wittenberg”. Mantan suster ini
sangat rajin menyiangi kebun sayuran dan tanaman anggreknya. Ia juga mengelola
bisnis keluarga dan mengatur rumah tangga dan properti lainnya milik Luther. Katharina
menjadikan rumah sebagai sekolah pembentukan karakter anak-anaknya. Ketekunan
Katharina yang penuh semangat dan perhatiannya bagi keluarga menjadikannya
sebagai seorang wanita yang berpengaruh.
Katharina tampaknya mirip
seperti seorang wanita yang digambarkan dalam Amsal 31. Wanita ini jelas
merupakan istri berkarakter mulia yang “bangun
kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya” (ay.15).
Ia juga “mengawasi segala perbuatan rumah
tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya” (ay.27).
Dari tokoh panutan seperti
Katharina, kita dapat belajar tentang kasih, ketekunan, dan takut akan Tuhanyang dibutuhkan untuk menjadi seorang wanita yang berpengaruh. Keberhasilan
marthin Luther tidak terlepas dari peran dan doa sang isteri, Katharina von
Bora. Sungguh sebuah perhatian dan kasih seorang isteri yang tidak
berkesudahan.