Abraham menjadi tokoh yang sangat
populer dan diklaim sebagai Bapa orang Yahudi, Muslim dan Kristen. Tidaklah
berlebihan jika disebut sebagai Bapa segala bangsa karena memang dari
keturunnyalah lahir bangsa-bangsa di dunia. Ada banyak manusia di bumi pada
waktu itu, tetapi kenapa justru Abraham yang dipilih oleh Allah? untuk menjawab
pertanyaan ini, penting untuk menelusuri awal kisah kehidupan Abraham dalam
Alkitab. Dalam Kejadian 11:27-32 dijelaskan bahwa Abram merupakan anak dari
Terah dan menetap di tanah Ur-Kasdim (bagian timur Irak), mereka adalah keluarga
penyembah allah lain atau berhala sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang
lain yang ada di Ur-Kasdim (Yosua 24:2). David F. Hison menjelaskan, bahwa
penduduk Ur dan Haran ternyata menyembah dewa yang sama, yaitu dewa bulan, yang
mereka sebut Sin[1].
Jika dilihat dalam kejadian 12:1 dimulai
dengan kata “Berfirmanlah Tuhan kepada
Abram....”, dalam hal ini perkataan yang keluar dari mulut Allah.(bnd Kej
1:3, 6,9,11,14,20)[2].
Kita tidak tahu bagaimana Tuhan berkomunikasi dengan Abraham dan Alkitab juga
tidak menjelaskan. Apakah melalui malaikatNya? Apakah melalui mimpi? Apakah dia
mendengar audible voice?.
Ini menarik karena Abram dan keluarganya bukan orang Yahudi, dia bukan penyembah Allah yang hidup, tetapi tiba-tiba Allah berfirman kepada Abram dan kita tahu adalah bahwa Abram diminta untuk meninggalkan negerinya, keluarganya, teman-temannya, dan segala sesuatu yang membuatnya merasa nyaman dalam hidup ke tempat yang belum yang belum ditentukan. Allah tidak memberitahukan di mana, hanya menyuruh Abram untuk pergi. Tidak ada peta, tidak ada tiket perjalanan, tidak ada brosur. Allah memilih Abraham hanya karena Dia tahu bahwa Abraham akan menginstruksikan anak-anaknya dan keluarganya dengan cara yang benar dari Tuhan. Abraham bukan hanya seorang yang beriman, ia juga orang yang setia. Dia taat dan melaksanakan petunjuk dari Tuhan. Dan dengan menjadi contoh yang hidup, ia mengajar anak-anaknya untuk mematuhi perintah-perintah Tuhan, undang-undang dan ketetapanNya[3].
Ini menarik karena Abram dan keluarganya bukan orang Yahudi, dia bukan penyembah Allah yang hidup, tetapi tiba-tiba Allah berfirman kepada Abram dan kita tahu adalah bahwa Abram diminta untuk meninggalkan negerinya, keluarganya, teman-temannya, dan segala sesuatu yang membuatnya merasa nyaman dalam hidup ke tempat yang belum yang belum ditentukan. Allah tidak memberitahukan di mana, hanya menyuruh Abram untuk pergi. Tidak ada peta, tidak ada tiket perjalanan, tidak ada brosur. Allah memilih Abraham hanya karena Dia tahu bahwa Abraham akan menginstruksikan anak-anaknya dan keluarganya dengan cara yang benar dari Tuhan. Abraham bukan hanya seorang yang beriman, ia juga orang yang setia. Dia taat dan melaksanakan petunjuk dari Tuhan. Dan dengan menjadi contoh yang hidup, ia mengajar anak-anaknya untuk mematuhi perintah-perintah Tuhan, undang-undang dan ketetapanNya[3].
Jadi
yang menjadi dasar Allah memilih Abraham adalah:
1.
Atas perkenanan-Nya sendiri
Kenapa bukan Nahor atau Haran tetapi
Abraham yang dipilih? jawabannya sederhana karena Allah memilih oarang-orang
yang “mendapat perkenanan-Nya”[4].
Pemilihan Allah atas Abraham tidak didasarkan oleh bakat, kemampuan dan
kehebatannya, tetapi dengan suka rela, menurut kedaulatan, kehendak dan
pertimbangan-Nya sendiri[5].
2.
Karena Abraham seorang yang taat
Rela meninggalkan usahanya, teman-temannya dan
kesenangannya di Ur-Kasdim hanya untuk mengikuti tuntunan Tuhan yang belum
jelas arah atau tempat tujuannya, dia hanya taat tanpa ada keraguan dan mulai
bertindak (Ibrani 11:8). Launce C. Wibbels dalam bukunya berkata: “Bagaimana Terah dibujuk untuk meninggalkan
tanah pilihannya dan tanah diman anaknya dikuburkan, kita tidak bisa
mengatakan”[6].
3.
Abraham memiliki iman yang kokoh
Tuhan tidak salah memilih Abraham,
karena terbukti dia memiliki iman yang teruji. Pada saat Tuhan memanggilnya
untuk pergi ke suatu tempat yang asing, dia tidak hanya taat tetapi juga percaya
dan menaruh imannya kepada Allah, sehingga ia mengikuti firman Tuhan. Dan
tidaklah berlebihan apabila ia juga layak disebut sebagai pahlawan iman karena
ia telah membuktikannya pada saat harta
termahal yang dia miliki yaitu Ishak, anaknya,
yang telah lama mereka harap dan nantikan dari Tuhan tetapi tiba-tiba
Tuhan berfirman dan menyruh Abraham
untuk membersembahkan anaknya tersebut sebagai korban dan ia
melaukaknnya, walau pada akhirnya Malaikat Tuhan mencegahnya di detik-detik ia
hendak menyembeli Ishak (Kejadian 22:1-15).
4.
Allah mempunyai tujuan besar melalui Abraham
Ketika Allah memilih dan menetapkan
seseorang pasti memiliki sebuah tujuan
atau ilahi. Demikian juga yang menjadi dasar bagi Allah untuk memilih
Abraham agar melalui kehidupannya dan keturannya kelak semua kaum mendapat
berkat. Mengutip apa yang dipaparkan oleh W.S Lasor dan temannya, bahwa pada
saat Ia memilih Abraham dan keturunannya, Allah mempunyai suatu tujuan: “olehmu
semua kaum di muka bumi ini akan mendapat
berkat” (Kej 12:3)[7].
Dan terbukti sampai hari ini semua kaum mendapat berkat dari Allah karena
perjanjianNya dengan Abraham digenapi.
Abraham bukanlah pahlawan, bukanlah
seorang yang gagah berani, bukanlah juara, melainkan seorang yang terpanggil
oleh Allah kepada suatu kehidupan baru yang direncanakan oleh Allah untuk semua
manusia[8].
4. Makna teologis dari tindakan Allah mengganti nama
Abram menjadi Abraham
Nama yang diberikan oleh orang
tua biasanya memiliki makna atau arti, terlebih pada zaman dahulu, setiap nama
punya pengertian. Puluhan tahun lamanya nama Abram melekat dan menjadi
panggilannya, namun suatu saat ketika usianya sudah 90 tahun, Tuhan menampakakn
diri dan berfirman kepadanya serta mengganti namanya dari Abram menjadi Abraham
(Kejadian 17:1-5). Nama Abram yang berarti Bapa yang diluhurkan[9]
diganti oleh Tuhan menjadi Abraham yang berarti Bapa banyak orang[10]
atau bapa segala bangsa. Allah memliki tujuan dibalik tindakanNya mengganti
nama Abraham dan memiliki makna teologis:
1. Tuhan membawa Abraham memasuki babak baru dalam
hidupnya
Seringkali dalam kitab suci,
orang-orang diberi nama baru pada tahap penting hidup mereka. Allah mengubah
Abram menjadi Abraham untuk menuntun Abraham memasuki babak baru dalam hidupnya[11].
Babak yang baru bagi Abraham karena ia akan menjadi Bapa segala bangsa melalui
keturunanya, yang luarbiasa sesaat ketika Allah mengubah nama Abraham, Dia
mulai mengikat perjanjian dengan Abraham mengenai keturunannya.
Tuhan ingin menunjukkan dan
melakukan hal yang lebih besar lagi bagi Abraham dimasa yang akan datang.
Ketika dia tetap dengan nama Abram, maka tidaklah mungkin bisa bapa yang
universal, dimana hampir seluruh umat manusia di dunia mengakui sebagai
keturunannya. Alkitab mengisahkan bahwa setelah namanya diganti oleh Allah dia
mendapat janji Tuhan itu melalui kelahiran Ishak.
2. Menyatakan hubungan yang baru dengan Allah
Allah mengganti nama Abraham
bukan agar lebih enak diucapkan, bukan hanya Abraham sebetulnya yang namanya
diganti oleh Tuhan, Sarai isterinya juga diganti, kemudian Yakub, Simon dan
yang lain, semua itu untuk menyatakan hubungan baru mereka dengan Allah sebagai
akibat dari perjanjian[12].
Hubungan yang semakin erat dan dekat lagi dengan Tuhan, hubungan yang terljalin
seperti orang tua dan amak.
3. Memberikan jaminan kepada Abraham bahwa Allah akan
menepati janji-janji-Nya
Dari awal ketika Allah
memanggil Abram, banyak janji-janjiNya yang diberikan kepada Abram. Untuk
memberikan jaminan kepada Abram dan isterinya, maka Allah mengubah namanya
menjadi Abraham. Dr. F.L. Bakker menulis, dalam hal pergantian nama Abram
menjadi Abraham itu, Allah hendak memberi jaminan bahwa Abraham akan menjadi
Bapa sejumalah besar bangsa-bangsa. Pertukaran nama itu memberi jaminan kepada
Abram dan Sarai, bahwa Allah akan menepati janji-janji-Nya[13].
Sebenarnya perjanjian Allah tidak hanya ditujukan kepada Abraham, melainkan
juga kepada semua keturunannya. Dia bukan hanya sebgai Allahnya Abraham tetapi
juga Allahnya keturunan Abrham. Perjanjian itu berlaku untuk keturunan Abraham
yang beriman, itu merupakan peraturanNya.
[1] Hinson, David F,
“Sejarah Israel pada zaman Alkitab”, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2004, hal 49
[2]
http://richowenas.blogspot.com, diakses pada tanggal 21 November 2012, pukul
14.50 Wib
[3]
http://www.thejoshlink.com/article130.htm, diakses pada tanggal 21 November
2012, pukul 14.50 Wib
[4] Barth, Christoph dan Barth-Fromed, Marie-Claire, “Teologi
Perjanjian Lama 1”, BPK Gunung Mulia, Jakarta
2008, hal 65
[6] Wibbels C. Launce,
“The Life of Abraham”, Emerald books, lynnwood, washington hal 24.
[7] LaSor, W.S, Hubbard,
D.A dan Bush, F.W, “Pengantar Perjanjian Lama 1: Taurat dan Sejarah”, BPK
Gunung Mulia, Jakarta 2008, hal 256
[8] Lenpp, Walter,
“Tafsiran Alkitab: Kitab Kejadian 5:1-12:3, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2009, hal
198.
[13] Bakker, F.L Dr, “Sejarah
Kerajaan Allah 1: Perjanjian Lama”, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2005, hal 127
Amin
ReplyDeleteSelamat malam Pak, mau tanya apakah ada referensi tentang kisah pemanggilan Abraham?
ReplyDeleteApa pekerjaan Abraham sebelum dan sesudah Ia dipanggil keluar dari Tanah Kelahiran nya....
ReplyDeleteHebat
ReplyDeleteHubungan Abraham sebagai bapak bangsa2 dgan gereja yg bersifat universall??
ReplyDelete