Friday, February 13, 2015

George Müller

"Bapak Yatim Piatu"

Dalam pelayanan Tuhan Yesus yang relatif singkat di muka bumi ini, telah meletakkan suatu dasar pelayanan yang berkualitas dan berdampak. Jika kita amati dalam Alkitab, kehidupan Yesus dipenuhi dengan belas kasihan, doa, iman, dan penginjilan, sehingga tidaklah heran jika kurun waktu yang singkat tersebut, dapat menggemparkan dunia dalam pelayanan-Nya. Rupanya jejak yang telah ditinggalkan oleh Tuhan Yesus tersebut, diteladani oleh George Müller, seorang yang dikenal memiliki belas kasihan yang tinggi, kehidupan doa yang mantab, iman yang teguh, serta hati yang berkobar untuk penginjilan.

George Müller lahir pada 27 September 1805 di Kroppenstedt, sebuah desa dekat Halberstadt di Kerajaan Prussia (sekarang Jerman). Pada masa mudanya, ia dikenal sebagai anak yang nakal, suka pesta pora, mabuk-mabukan, berjudi, mencuri, dan menipu. Bahkan ketika ibunya sedang dalam perjuangan antara hidup dan mati, Müller  yang pada saat itu berusia 14 tahun sedang  asik bermain kartu sambil bermabuk-mabukan bersama teman-temannya.

Terbeban untuk anak yatim

Pertobatan Müller terjadi saat ia berusia 20 tahun, sewaktu masih kuliah di Universitas Halle. Di Universitas tersebut ia belajar teologi di bawah bimbingan Friedrich Tholuck, dan lulus dengan prestasi yang baik dan dikemudian hari ia sanggup berkhotbah dalam tujuh bahasa. Empat tahun setelah pertobatannya, ketika berada di Devon selama musim panas tahun 1829, ia bertemu dengan beberapa pendiri gerakan Brethren. Pertemuan inilah yang membawanya pada "pertobatan kedua" yang mengubah pandangan hidupnya. Kemudian ia bersaksi: "Aku menjadi percaya kepada Tuhan Yesus pada permulaan November 1825. Selama 4 tahun pertama, sebagai orang Kristen baru aku lemah dalam berbagai hal, namun pada bulan Juli 1829, aku merasakan perubahan total dalam hatiku. Aku menyerahkan seluruh hidupku kepada Tuhan. Kehormatan, kesenangan, uang, kekuatan fisik, kekuatan mental, semuanya kupersembahkan kepada Yesus dan aku menjadi pecinta firman Tuhan. Tuhan menjadi segala-galanya bagiku."


Tahun 1830, Müller muda menikahi Mary Groves dan kemudian  memutuskan untuk melayani sepenuh waktui sebagai pendeta gereja kecil di Teignmouth, Inggris dan tidak digaji. Pada tahun 1832, ia pindah ke Bristol, Inggris, untuk menggembalakan gereja lain. Di sinilah Ia mulai terbeban dengan anak yatim piatu, yang pada zamannya, pada abad ke-19, persoalan anak-anak yatim piatu merupakan masalah sosial yang serius di Inggris. Müller memulai karyanya pada April 1836, pada usianya yang ke-30. Ketika itu Müller mulai membangun panti asuhan bagi 30 anak yatim piatu dengan memakai rumah mereka sendiri di Bristol. Tidak lama setelah itu, ia membangun tiga rumah untuk menampung 130 anak-anak. Pada tahun 1845, seiring pertumbuhan pelayanannya, Müller "memimpikan" untuk membangun suatu gedung terpisah yang dapat menampung 300 anak. Baru pada tahun 1849, gedung itu menjadi kenyataan. Di Ashley Down, Bristol, itulah impiannya terwujud. Pada tahun 1870, ia sudah memiliki lima gedung yang menampung lebih dari 2.000 anak.

Kehidupan doa dan iman yang dinamis        
  
Tanpa dukungan dana yang tetap, panti asuhan kecil di kota Bristol yang mereka dirikan ini mengundang perhatian banyak orang untuk melihat apakah Tuhan akan membiayai proyek ini. Terbukti dengan berjalannya waktu, Müller tidak pernah minta bantuan keuangan kepada siapa pun, juga tidak pernah berhutang, padahal lima gedung telah didirikan dan memerlukan biaya sebesar 100.000 poundsterling. Dan itu tidak mudah, bahkan sering kali ia menerima donasi makanan hanya beberapa jam sebelum waktu makan anak-anak. Hal ini semakin menguatkan imannya. Setiap selesai sarapan pagi, selalu ada pembacaan Alkitab dan doa, dan setiap anak diberikan sebuah Alkitab ketika meninggalkan rumah yatim itu. Müller benar-benar hanya mengandalkan iman dan doa. Menurut Müller, iman yang sejati bukan berarti kita diam. Itu sebabnya ia berkata: "Kalau seseorang tidak berbuat apa-apa pada waktu-waktu krisis, orang tersebut tidak memiliki iman yang benar."
Muller telah membaca alkitab lebih dari 200 kali dan separuh dari waktunya dilakukan untuk berdoa. Ia mengatakan bahwa 50,000 jawaban doa yang khusus yang telah ia terima, berasal dari permohonan doanya hanya kepada Allah! lebih dari 3000 anak yatim piatu yang diasuhnya, dimenangkan bagi kristus melalui pelayanannya oleh penyertaan Roh Kudus.

Perjalanan Misi

Diusianya yang ke-70 tahun, tepatnya tahun 1875, Müller memulai perjalanan misinya. Selama 17 tahun, ia telah berkhotbah di Amerika, India, Australia, Jepang, Tiongkok, dan kurang lebih empat puluh negara lainnya. Ia telah menempuh perjalanan sejauh 200.000 mil (300.000 km), sebuah prestasi yang luar biasa pada waktu itu. Kemampuan bahasa membuatnya dapat berkhotbah dalam bahasa Inggris, Perancis, Jerman, dan khotbahnya telah diterjemahkan ke lebih dari dua belas bahasa lain. Pada 1892, ia kembali ke Inggris dan ia meninggal pada 10 Maret 1898. Dia melakukan penginjilan hingga ia mencapai umur 90-an tahun. Selama 17 tahun penginjilan, kira-kira telah memberitakan Injil kepada 3 juta jiwa. Sampai pada 10 Maret 1898, tatkala dia berada sendirian saja dalam kamarnya, Tuhan memanggil pulang ke sorga,  dalam usia ke-93 tahun.


Selama hidupnya, Müller telah membangun 117 sekolah yang menampung lebih dari 120.000 anak-anak muda dan para yatim piatu. Ia menjadi gembala gereja Bethesda di Bristol yang memunyai anggota jemaat sekitar 2.000 orang ketika ia meninggal. Pelayanan terhadap anak yatim piatu sudah berlangsung selama tiga abad, yaitu dari abad ke-19, ke-20 sampai abad ke-21, pelayanan Müller tealah memberkati banyak orang dan juga bangsa-bangsa. Dia tidak hanya memiliki kemampuan pemaham Alkitab secara teoritis saja, namun sanggup untuk menterjemahkan kebenaran-kebenaran firman Tuhan dalam pelayanan yang kontekstual.