Friday, February 20, 2015

ZIKLAG

"KOTA UDIK YANG TERLUPAKAN"


Ada begitu banyak tempat atau kota yang berhubungan erat dengan kehidupan Daud, seorang raja ke dua Israel yang ternama. Proses yang panjang dilalui oleh Daud untuk akhirnya menjadi raja menggantikan Saul, sejak ia diurapi oleh Samuel. Setiap tempat yang pernah dikunjungi oleh Daud tertulis dalam Alkitab, salah satunya adalah Ziklag. Dalam daftar kota-kota di Israel yang telah dibagi-bagi berdasarkan suku Israel, Ziklag merupakan kota milik Suku Yehuda (Yosua 15:31) dan juga kota milik Suku Simeon (Yosua 19:5). Ziklag terdaftar sebagai salah satu dari 29 kota di Negev, di sebelah selatan, tidak banyak informasi yang jelas dan pasti dari keberadaan Ziklag.


Ziklag yang terabaikan

Sejarah Ziklag sangatlah memprihatinkan. Ziklag sebenarnya merupakan daerah yang udik, diberikan kepada Yehuda oleh Yosua. Yang pertamakali mendapatkan Ziklag adalah orang Yehuda, namun Yehuda adalah suku yang sudah diberkati oleh Yakub dengan luar biasa (Kejadian 49:9-10). Pada hala Suku Yehuda sudah mendapatkan jatah rohani yang terlalu besar, masih juga mendapatkan Ziklag; sebaliknya suku yang lain yaitu suku Simeon belum mendapatkan jatah. Kemudian Yosua berkata: "Milik Pusaka bani Simeon diambil dari bagian bani Yehuda"(Yosua 19:9). Jadi, suku Simeon hidup di tengah-tengah suku Yehuda dan ada sebagian dari jatah suku Yehuda yang diambil oleh suku Simeon, di antaranya adalah Ziklag. Sejak dari awalnya Ziklag telah direlakan oleh Yehuda untuk diambil suku Simeon, namun entah kenapa suku Simeon juga tidak sepenuhnya menguasai kota itu. Mungkin karena Ziklag tidak menghasilkan apa-apa dan juga letaknya kurang strategis, maka kota ini diabaikan oleh Simeoan yang akhirnya dikuasai oleh Filistin. Seolah-olah bangsa-bangsa lain juga tidak membutuhkan adanya kota itu. Sehingga sebelumnya Daud pun tidak ada yang ber mempertahankan kota tersebut.

Kota orang Filistin

Dalam keadaan sebagai buronan yang terus dikejar-kejar Saul, Daud mengalami kelelahan mental dan meminta perlindungan serta menetap di negeri orang Filistin. Pada saat itu Ziklag adalah sebuah kota di bawah kekuasaan Filistin yang kemudian diberikan Raja Akhis kepada Daud (I Samuel 27:1-7). Daud beserta keluarganya dan keenam ratus orang yang mengikutinya menetap di Ziklag selama satu tahun dan empat bulan. Daud merasa tenang di Ziklag karena tidak lagi dikerjar-kejar oleh Saul. Sering kali Daud melawan perampok-perampok di Padang Gurun, yaitu orang-orang Amalek dan membagi-bagikan hasil rampasannya kepada para prajurit dan sebagian dikirim ke raja Akhis. Setiap kali mendapatkan bagian dari rampasan, Akhis bertanya pada Daud siapa yang telah ia rampok, Daud tidak berkata bahwa itu adalah orang Amalek, karena Akhis menjalin persahabatan dengan Amalek, sehingga Daud menjawab orang-orang Yehuda yang ia rampok. Akhis sangat senang menerima Daud dan memberikan Ziklag kepadanya karena Akhis adalah musuh Saul, dia berpikir akan bekerja sama dengan Daud untuk menyerang Israel, karena Akhis menyangka orang-orang Yehuda pasti akan memusuhi Daud, karena telah dirampok (I Sam 27:8-12).

Ziklag dibakar

Saat Daud dan pasukannya berperang bersama dengan Raja Akhis, mereka meninggalkan kota itu tanpa ada penjagaan. Semua pria diharuskan berperang, karena peraturan peperangan saat itu adalah hanya mereka yang ikut berperang yang boleh mendapatkan jarahan. Orang Amalek menyergap dan membakar kota itu, serta membawa banyak tawanan, termasuk istri-istri Daud, Ahinoam dan Abigail. Setelah mengalahkan para penyamun itu dan mendapatkan kembali para tawanan dan barang-barang yang dirampas, Daud mengirimkan dari Ziklag sebagian jarahan hasil pertempuran itu kepada teman-temannya, para tua-tua Yehuda di berbagai kota. (1Sam 30) Banyak pria perkasa yang bersenjata bergabung dengan Daud di Ziklag, dan di situlah ia menerima kabar tentang kematian Raja Saul. (2Sam 1:1, 2; 4:10; 1Taw 12:1, 2, 20-22)


Sejak saat Ziklag terbakar, Daud menyadari hal ini, maka sejak saat itu ketetapan hukum perang diubah yaitu bagian orang yang tinggal di dekat barang-barang adalah sama seperti bagian orang yang pergi berperang; itu akan dibagi sama-sama. Dan demikianlah halnya sejak hari itu dan seterusnya; hal itu ditentukannya menjadi ketetapan dan peraturan bagi orang Israel sampai sekarang. (I Sam 30:24-25)

Ziklag seharusnya dapat menjadi kota yang penting, namun menjadi kota yang terabaikan dan sering direbut oleh musuh. Di kota inilah Daud menjali ujiannya sebagai calon raja Israel. Sesuatu yang sebenarnya penting dan yang seharusnya kita kasihi, tapi kita abaikan. Jika Ziklag itu telah direbut oleh si jahat, maka kita harus berperang untuk merebutnya kembali. Mungkin Ziklag itu adalah keluarga, sekolah, kuliah, masa depan maupun pekerjaan kita.

TARSUS

"KOTA YANG TERKENAL"


Dari ke 27 kitab dalam Perjanjian baru, 13 diantaranya ditulis oleh rasul Paulus. Ada yang istemewa dari Paulus, bukan hanya karena dia menulis hampir separuh kitab PB, tetapi juga kisah pertobatan dan pelayanannya secara gamblang diceritakan dalam Alkitab, tidak terkecuali dengan tanah dan kota kelahirannya pun tertulis di dalamnya. Kota Tarsus merupakan kota memiliki mperadaban yang maju dan sekaligus merupakan tempat kelahiran dari Paulus (Kis 22:3). Tarsus terletak di dataran Kilikia dan merupakan kota utama salah satu Propinsi di wilayah tersebut, berada bagian timur Asia Kecil. Kota ini berada di ujung persimpangan berbagai rute perdagangan. Selama berabad-abad Tarsus telah diduduki oleh orang Hittit, Assyria, Persia, Alexander Agung, Kekaisaran Romawi, Armenia, Bizantium, Turki Seljuk dan Turki Usmani. Kota Tarsus kini menjadi bagian dalam negara Turki.


Kota Perbatasan

Tarus merupakan kota perbatasan yang strategis, di mana timur dan barat bertemu, dan persimpangan jalur perdagangan yang menuju ke dua arah baik melintasi darat maupun lautan. Di sebelah utara terdapat jalan raya utama menuju ke Gerbang Kilikia, yaitu jalan lintas pegunungan yg termasyhur melalui pegunungan Taurus, panjangnya sekitar 50 km. Tarsus memiliki sebuah warisan yang sangat berharga. Percampuran antara fakta dan legenda membuat penduduknya sangat bangga akan masa lalu mereka.

Pada masa pendudukan Romawi, Markus Antonius, Jendral Romawi memberi status libera civitas (kota merdeka) pada tahun 42 sM kepada Tarsus. Karena itu, meskipun kota ini adalah bagian dari sebuah propinsi Romawi, tetapi mempunyai pemerintahan sendiri, dan tidak berkewajiban untuk membayar upeti kepada Kekaisaran Romawi. Tradisi-tradisi demokrasi negara kota Yunani telah lama ditetapkan pada masa Paulus.

“Kota yang Terkenal”

Paulus dengan bangga menyatakan bahwa dia berasal dari Tarsus, kota yang terkenal (Kis 21:39). Apa yang dikatakan oleh Paulus bukan tanpa dasar, karena memang Tarsus terletak di daerah pesisir yang amat subur, tempat tanaman rami dibudidayakan, budidaya ini menunjang berkembangnya industri seperti penenunan linen dan pembuatan kemah. Bahan yang ditenun dari bulu kambing, yang disebut cilicium, secara khusus juga digunakan dalam pembuatan kemah. Akan tetapi, faktor lain yang lebih penting yang membuat Tarsus terkenal dan kaya ialah pelabuhannya yang sangat bagus, dengan letaknya yang strategis di jalur darat utama perdagangan timur-barat. Ke arah timur, jalur itu menuju Siria dan Babilon; ke arah bagian utara dan barat Asia Kecil.

Karena kemakmurannya, Tarsus pernah dikunjungi sejumlah tokoh terkenal, termasuk Julius Caesar, Markus Antonius, dan Kleopatra, juga beberapa kaisar. Tarsus juga terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan pada abad pertama Masehi yang menurut Strabo, ahli geografi Yunani, kota Tarsus mengungguli Athena dan Aleksandria.

“Kotanya” Paulus

Paulus lahir dan dibesarkan dan mendapat pendidikan yang bagus di Tarsus. Meskipun orang tua Paulus yang adalah orang Yahudi tetapi memiliki kewarnegaraan Romawi berusaha melindungainya dari pengaruh Yunani dan kafir sewaktu remaja, namun keadaan kota Tarsus membuat anak-anak yang cerdas sedikit banyak tetap terpengaruh oleh bahasa dan ide-ide kebudayaan Yunani. Pengaruh ini nampak dalam rujukan tiga sastra Yunani oleh Paulus, yaitu kepada penyair-penyair Epimenides (Kis 17:28), Aratus (Titus 1:12) dan Menander (I Kor 15:33).

Karena orang tuanya menghendaki untuk menjadi seorang rabi, maka di Tarsus Paulus belajar tentang tradisi-tradisi umat Yahudi melalui pendidikan yang teratur di Sinagoga setempat. Di kota ini Paulus juga belajar membuat tenda, karena sebagai murid hukum taurat, disamping belajar menuntut ilmu, harus mempelajari membuat suatu ketrampilan. Kota Tarsus sudah menjadi kampung halaman bagi Paulus, setelah pertobatannya, ia langsung pulang kota ini (Kis 9:30).


Sebagai pusat kebudayaan, pendidikan dan perdagangan, Tarsus layak disebut sebgai kota yang maju dan makmur pada saat itu. Tempat Paulus dibekali dengan pengajaran-pengajaran hukum taurat yang membawanya menjadi rabi radikal, tidak segan untuk membunuh umat Tuhan yang tidak sesuai dengan ajaran atau prinsip hidupnya. Tarsus juga menjadi saksi pertobatan Paulus, menjadi seorang rasul Tuhan Yesus yang radikal untuk menjadi terang bagi dunia.




ATHENA

"Kota Para Pemuja Dewa"

Mendengar nama Atena membuat para pendengarnya secara langsung terkoneksi dengan nama para filsuf. Jauh sebelum kedatangan Yesus Kristus, Atena memang sudah terkenal dengan para pemikir hebat seperti Sokrates, Plato, Aristoteles, Zeno, Phytagoras, Heraklitos, Permanindes, Thales,  dan masih banyak lagi filsuf lain dengan berbagai jenis pemikiran dan gaya filsafat masing-masing. Ibu kota Yunani modern, dan kota terpenting di Yunani pada zaman dahulu ini terletak di dekat ujung selatan Dataran Atika, kira-kira 8 km dari laut Aegea. Letak geografisnya sangat berperan untuk kemasyhurannya dalam sejarah. Pegunungan di sekeliling kota itu merupakan pertahanan alami, dan celah-celah gunung berada cukup jauh sehingga Atena dapat terhindar dari kemungkinan serangan darat secara tiba-tiba. Letaknya juga cukup jauh dari laut sehingga aman dari armada penyerbu.

Pada tahun 86 sM, kota ini direbut oleh bangsa Romawi, tetapi ibukota untuk seluruh Akhaya (Yunani) adalah Korintus. Setelah Roma menaklukannya, Kota Atena berstatus sebagai “cifitas foederata”, yang sama sekali terbebas dari kuasa gubernur propinsi Akhaya. Tidak membayar pajak ke Roma dan mempunyai otonomi di bidang pengadilan Intern.


Kampung halaman para Filsuf

Kota Atena terkenal sebagai pusat seni, sastra, dan ilmu pengetahuan Yunani. Berbagai bidang keilmuan berkembang pesat, misalnya pengobatan, ilmu pasti, filsafat, dan sastra. Muncul banyak cendekiawan di Atena, seperti Fidias dalam bidang seni, Iktinos dan Kallikrates dalam bidang arsitektur, Sofokles dan Euripides adalah penulis drama tragedi yang sangat terkenal, sedangkan Aristofanes menulis drama komedi. Dalam filsafat, Sofokles mengajar orang-orang melalui pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka berpikir.
Atena menjadi kota perguruan tinggi yang dipenuhi oleh para profesor, dosen, dan filsuf. Empat aliran filsafat terbentuk di kota ini, yaitu aliran Plato, aliran Aristoteles, aliran Epikuros, dan aliran Stoa (Kis 17:18), dan pada zaman Romawi aliran-aliran ini diikuti oleh para siswa dari seluruh imperium itu. Bahkan dari ketiga kota universitas yang besar pada waktu itu, yaitu Atena, Tarsus dan Aleksandria, Atena adalah yang paling terkenal. Penulis Filo dari Aleksandria mengatakan bahwa Atena adalah yang pling tajam otaknya dari orang Yunani. Banyak pemuda Romawi pergi ke Atena untuk memperoleh pendidikan tinggi, termasuk Octavius (Kaisar Agustus) dari Roma, semasa mudanya juga belajar di kota ini.


Kota Para Dewa

Atena juga merupakan kota yang sangat religius, sehingga rasul Paulus terdorong untuk berkomentar bahwa orang Atena ”tampaknya lebih cenderung untuk takut kepada dewa-dewa, dibanding orang-orang lain”. (Kis 17:22) Menurut sejarawan Yosefus, orang Athena adalah ’orang Yunani yang paling saleh’. Negara mengendalikan agama dan mendukungnya dengan membiayai korban, ritus, dan arak-arakan massal demi menghormati para dewa. Berhala-berhala terdapat di kuil-kuil, di lapangan-lapangan, dan di jalan-jalan, dan orang-orang secara teratur berdoa kepada para dewa sebelum mengadakan perjamuan atau simposium kaum cendekiawan, pertemuan politik, dan pertandingan atletik. Agar tidak menyakiti satu dewa pun, orang Atena bahkan membangun mezbah-mezbah ”Kepada Allah Yang Tidak Dikenal”, sebagaimana disebutkan Paulus di Kisah 17:23.

Dalam mitologi Yunani, mereka percaya kepada 12 Dewa Olimpus juga dikenal dengan sebutan Dodekatheon. Salah satu diantara dewa-dewi olimpus mereka adalah Atena. Selain dipercayai sebagai pelindung kota Atena, Dewi Atena juga disebut sebagai dewi kebijaksanaan, perang, seni dan kerajinan tangan. Penduduk kota Atena membangun sebuah patung Athena dengan helm di kepalanya, mengenakan baju besi dan aigis. Patung itu juga dihiasi dengan seekor ular besar dan perisai berhiaskan kepala Gorgon. Di Akropolis kota Atena juga terdapat kuil Parthenon untuk memuja Atena.

Paulus di Atena

Perjalanan Paulus ke Atena adalah sebuah perjalanan yang cukup berat. Bukan karena Paulus mengalami penganiayaan sampai mati, namun karena Paulus akan berhadapan dengan sebuah kota yang disebut sebagai “kota para filsuf.” Kota yang diisi oleh banyak kaum intelektual, pemikir hebat, dan filsuf-filsuf dimana karya-karya mereka sangat mempengaruhi peradaban, kemajuan teknologi, dan kebudayaan. Selain itu, Atena juga adalah sebuah kota para dewa karena begitu banyak dewa yang tergambar dalam rupa-rupa patung yang hampir terdapat disetiap ruas jalan kota itu (Kis 17:16). Ada sindiran yang mengatakan bahwa di kota Atena lebih mudah mencari dewa dibanding mencari manusia. Latar belakang inilah yang membuat perjalanan Paulus ke Atena adalah sebuah perjalanan yang berat dan penuh tantangan bagi pemberitaan Injil.


Sewaktu berada di pasar, Paulus didatangi oleh para filsuf Stoa dan filsuf Epikuros (aliran filsafat yang paling terkenal dan banyak memberi pengaruh ketika itu) dan dipandang dengan penuh curiga sebagai ”orang yang memberitakan dewa-dewa asing” (Kis 17:18). Penduduk Atena ternyata lebih skeptis dan toleran daripada orang Filipi, tetapi mereka rupanya masih khawatir akan pengaruh ajaran baru ini terhadap keamanan negara. Paulus dibawa ke Areopagus, yakni di hadapan mahkamah. Kefasihan Paulus dalam memberikan kesaksian di hadapan orang-orang Atena yang terpelajar tersebut merupakan pelajaran bagi kita untuk cerdik dan kontekstual dalam penginjilan. Ia memperlihatkan bahwa yang sedang ia beritakan bukanlah dewa baru, melainkan sang Pencipta langit dan bumi, dan dengan cerdik ia menunjuk kepada ”Allah Yang Tidak Dikenal”, yang mezbahnya telah ia lihat, dan ia bahkan mengutip dari Phænomena karya Aratus, seorang penyair Kilikia, dan dari Himne kepada Zeus karya Kleantes. (Kis 17:22-31) Walaupun mayoritas mengejek dia, beberapa orang Athena, termasuk Dionisius, yaitu hakim Areopagus, serta seorang wanita bernama Damaris, menjadi orang percaya (Kis 17:32-34). Mengabarkan Injil di segala situasi, keadaan dan tempat merupakan keharusahan bagi Paulus, juga bagi setiap orang percaya, namun kita akan sanggup melakukannya dengan tuntunan Roh Kudus disertai dengan kehidupan kekristenan yang kuat dan mantab.