Wednesday, May 29, 2013

Tembok Ratapan

Semenjak Bait Allah ke II dihancurkan oleh pasukan Romawi di bawah pimpinan Jendral Titus pada tahun 70 Masehi, orang Yahudi sebenarnya sudah tidak mempunyai tempat suci untuk beribadah lagi. Dan juga diingat bahwa pada tahun 123 masehi hampir sebagian besar orang Yahudi tidak diperkenankan lagi berada di daerah ini, mereka diusir keluar dari tanah ini. Hanya sekelompok kecil orang Yahudi yang masih ada di daerah tersebut mencari sisa peninggalan dari Bait Allah dan mereka menemukan sisa tembok luar sebelah barat dari Bait Allah. Tembok luar di sebelah barat Bait Suci Yahudi disebut Tembok Ratapan ini , akhirnya menjadi tempat paling suci bagi umat Yahudi dunia karena menurut tradisi para rabbi, tempat ini dalam arti tertentu berperan sebagai pengganti Bait Suci. Tembok Ratapan ini berbatasan langsung dengan Masjid Al-Aqsa dan Masjid Omar. Bagi kaum muslim, tembok ini merupakan dasar dari Masjid Suci Al-Aqsa.

Tempat yang suci

Tembok yang dibangun oleh Raja Herodes Agung pada tahun 20 sebelum Kristus, yang dalam bahasa Ibrani disebut “HaKotel Ha’Ma’aravi”, artinya tembok sebelah barat ini awalnya memiliki panjang 485 meter, tersembunyi oleh bangunan-bangunan yang berdiri disekelilingnya. Namun sampai bulan Juni 1967 bagian dinding yang dapat diakses tidak lebih dari 28 meter saja. Tempat ini kemudian dianggap sakral atau menjadi tempat yang suci bagi orang Yahudi baik secara tradisi maupun religi, karena merupakan tembok yang terdekat dengan tempat Ruangan Maha Kudus, tempat dimana dianggap ada "kehadiran Yahweh" yang tidak pernah pergi dari situ dan salah satu bagian yang tidak berhasil dihancurkan oleh tentara Romawi, tetap berdiri dengan keseluruhan panjangnya yang tetap utuh.

Di depan Tembok Ratapan ada suatu lorong dengan jalan berbatu selebar 3,5 meter yang berbatasan dengan daerah hunian kumuh. Tembok yang berada diatas tanah terdiri dari 24 baris batu yang berbeda dan dari zaman yang berbeda pula. Tinggi totalnya mencapai 18 meter (6 meter diatas ketinggian Temple Mount). Tembok Barat ini berdiri diatas 7 lapisan batu yang sangat besar yang menjadi fondasinya, terdiri dari 21 barisan batu di dalam tanah dan 24 barisan batu diatas tanah (catatan: angka 7, 21 (3), dan 24 (6) memiliki nilai religius tersendiri secara tradisi Yahudi). Bagian tembok yang diatas terdiri dari empat barisan yang lebih kecil yang berasal dari periode zaman Romawi dan Byzantium. Bagian-bagian tertentu di bagian atas merupakan konstruksi tambahan/perbaikan dari zaman pendudukan Islam sampai abad 13. Untuk mengimbangi tekanan
alami dari belakang Tembok Barat, setiap barisan batu dibuat mundur sepanjang beberapa centimeter, dengan demikian tembok tersebut mengalami sedikit kemiringan ke arah timur, hal ini menjadikan Tembok Barat memiliki kestabilan yang "tidak biasa" dalam hitungan matematik.

Tempat berdoa dan meratap

Tembok ini dulunya dikenal hanya sebagai Tembok Barat, tetapi kini disebut "Tembok Ratapan" karena di situ orang Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan dan meratapi kehancuran Bait Suci sambil berharap bahwa suatu saat jika Tuhan memang berkenan, Bait Suci tersebut akan dibangun kembali, dan juga meratapi akan tersebarnya sebagian besar bangsa Yahudi di seluruh dunia. Selain mengucapkan doa-doa mereka, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka yang ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu. Untuk memisahkan antara laki-laki dan perempuan, dinding ini dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah (mechitza). Orang Yahudi Ortodoks percaya bahwa mereka tidak boleh berdoa bersama-sama dengan kaum perempuan.

Selama Yerusalem berada di bawah kuasa Yordania (1948-1967), orang-orang Yahudi tidak dapat berdoa di tempat ini. Tetapi setelah Yerusalem dipersatukan kembali, orang-orang Yahudi merubuhkan semua gubug di sekitar tembok ini, lalu membuka sebuah lapangan raya di sekelilingnya, suatu area besar yang dapat menampung ratusan ribu orang sekaligus. sehingga sekarang mereka dapat berdoa dan berkumpul di sini dengan leluasa. Setiap jam, siang dan malam, tanpa peduli akan musim, di dekat tembok ini dapat dijumpai orang-orang Yahudi yang berdoa. Demikianlah mereka merdeka untuk menjalankan tradisi ritual mereka di Tembok Ratapan. Sampai hari ini mereka selalu menyentuh Tembok Barat dengan tangan dan kepala dan meratap dengan air mata. Mereka menyelipkan kertas-kertas doa diantara batu-batuan tembok. Dalam empat puluh tahun lebih (sejak 1967) bekas-bekas tangan dan kepala serta air mata mereka telah menjadikan permukaan dinding Tembok Barat berubah warna dan rasa - mulai dari dasar tembok sampai setinggi orang dewasa, permukaan batunya berbeda. Tembok Ratapan seakan disemir dan dipoles oleh sentuhan tangan para pendoa, diusap oleh rambut para pendoa, dan dimeteraikan oleh air mata para pendoa untuk satu pengharapan: Hadirnya kembali Bait Suci.

Simbol penyatuan

Selain sebagai tempat yang suci, tempat untuk berdoa dan meratap bagi orang Yahudi, tempat ini juga menjadi tempat komuni bagi bangsa ini untuk menyatakan "kesatuan nasional" di abad ini dengan menyatukan visi sejarah dan kemuliaan Israel di masa depan dengan terus "meratap" kepada Allah dalam suatu wujud pertobatan nasional dengan berharap Bait Suci Ketiga Yahudi akan segera dibangun kembali di tempatnya semula. Tembok Ratapan telah mengumpulkan semua orang Yahudi di seluruh dunia untuk penyatuan visi, penyatuan doa dan penyatuan pengharapan. Sebagaimana yang Tuhan kehendaki bagi setiap umatNya untuk tetap dalam kesehatian, kebersamaan dan kesatuan sebagai satu dalam tubuh Kristus. 

No comments:

Post a Comment