Monday, May 6, 2013

KORINTUS


Korintus merupakan kota pelabuhan yang makmur, terletak kurang lebih 50 mil sebelah barat Kota Atena. Kota yang berada di Tanah Genting Korintus, dan terbentang antara Peloponnesus ke Yunani daratan ini didirikan pada zaman Neolitikum sekitar tahun 6000 SM. Kota ini menjadi penting karena sebagai jembatan yang melintasi laut, di sisi timurnya terdapat Teluk Saronik, yang menghadap ke arah Laut Aegea dan bagian timur Laut Tengah, dan di sisi baratnya terdapat Teluk Korintus, yang menghadap ke arah Laut Ionia, Laut Adriatik, dan bagian barat Laut Tengah. Kota Korintus didominasi oleh Akrokorintus (566 m), batu karang yg curam, dengan puncaknya yg datar, tempat akropolis, dimana pada zaman kuno terdapat satu kuil dari Afrodite, dewi asmara.




Kota ini dihancurkan oleh Romawi pada tahun 146 SM, mereka membunuh kaum pria, sedangkan kaum wanita dan anak-anak dijual sebagai budak. Namun Korintus dibangun kembali Oleh Julius Caesar untuk para veteran tentaranya pada 44 SM, dan bahasa Latin digunakan secara luas, meskipun pada masa Paulus sebagian besar warganya berbicara bahasa Yunani. Menjadi koloni Romawi dan sebagai ibu kota provinsi Akhaya pada saat itu, menjadikan Korintus sebagai kota yang makmur lebih dari sebelumnya dan dihuni oleh sekitar 800.000 penduduk pada zaman Paulus.


Kota “Penguasa dua pelabuhan”

Kota Korintus memiliki dua pelabuhan, masing-masing di sisi Tanah Genting yang sempit, yaitu Lekheum di barat dan Kenkhrea di timur. Itulah sebabnya Strabo, seorang ahli geografi Yunani menjuluki Korintus sebagai ”penguasa dua pelabuhan”. Karena letaknya yang strategis, kota Korintus menguasai persimpangan internasional, yang mengendalikan perdagangan di darat antara utara-selatan dan juga di laut antara timur-barat. Sejak zaman dahulu, kapal-kapal dari timur (Asia Kecil, Siria, Fenisia, dan Mesir) dan dari barat (Italia dan Spanyol) datang membawa barang-barang, membongkar muatannya di satu pelabuhan, dan memindahkannya melalui daratan sejauh beberapa kilometer ke sisi lain dari Tanah Genting itu. Di sana, barang-barang itu dimuat ke kapal-kapal lain untuk diteruskan ke tujuannya. Kapal-kapal kecil dipindahkan melintasi daratan Tanah Genting melalui sebuah jalur khusus, yang disebut diolkos. Para pelaut lebih suka melintasi daratan Tanah Genting karena mereka tidak mau mengambil risiko dengan mengadakan perjalanan laut sejauh 320 kilometer mengitari tanjung di bagian selatan Peloponesus yang sering dilanda badai. Demikianlah Korintus menjadi pusat perdagangan yangg berkembang, juga menjadi kota industri, khususnya industri keramik (barang tembikar). The Doric Temple of Apollo merupakan salah satu landmark utama Korintus, dibangun pada 550 SM di puncak kekayaan kota.


Korintus yang tak kudus

Sebagai kota yang terletak di antara dua pelabuhan, Korintus berkembang menjadi kota besar yang banyak dipengaruhi kebiasaan amoral dari bangsa-bangsa asing yang kapal-kapalnya berlabuh di sana. Kota itu menjadi tempat pembauran hal-hal yang negatif dan bejat dari Timur dan Barat. Akibatnya, Korintus menjadi kota Yunani kuno yang paling bobrok secara moral dan tidak tahu malu. Begitu “kotor”nya kota Korintus, muncul kata atau istilah “mengKorintuskan” pada saat itu yang berarti “membuat seseorang menjadi cabul”. Korintus adalah kota yang dipersembahkan kepada Dewa Venus, dewa percabulan dan perzinahan. Ini sama seperti Kota Efesus yang dipersembahkan kepada Dewa Diana. Sejarahwan Strabo juga mencatat adanya 1000 pelacur 'sakral' di kuil Aphrodite di atas Acrocorinth, gunung yang paling terkenal di Korintus. Bahkan kata Korintus yang berasal dari kata 'korinthiazomai' adalah berarti 'percabulan'.


Kota Korintus juga dikunjungi oleh wisatawan yang berziarah ke Kuil Dewi Afrodit (Aphrodite), yaitu dewi cinta, kecantikan, kesuburan, dan pelayaran. Dewi Afrodit dianggap sebagai pelindung para pelacur dan di kuilnya dilakukan pelacuran bakti. Beberapa kuil dewa-dewi di sekitar kota Korintus mengadakan pelacuran bakti dan perayaan-perayaan keagamaan kafir. Dalam perayaan ini, diadakan makan malam dengan makanan yang sudah dipersembahkan kepada dewa-dewi. Penduduk Korintus yang sangat terbuka pada dunia luar membuat kehidupan mereka sangat bebas, sampai-sampai ada ahli sejarah yang menyebut mereka sebagai orang-orang yang bejat atau amoral. Selain pelabuhan dan percabulan, Korintus juga dikenal karena menjadi lokasi pertandingan olah raga internasional, Isthmian Games, yang dirayakan untuk menghormati dewa laut Poseidon.



Kunjungan Paulus

Sekitar tahun 50-an SM Paulus mengunjungi Korintus, selama setahun enam bulan Paulus memberitakan Injil dan mendirikan Gereja di sana (Kis. 18:1–18). Melihat situasi yang ada diantara jemaat Tuhan di Korintus, Paulus dengan tegas mengecam ketamakan, pemerasan, dan kenajisan moral dalam surat-suratnya kepada orang Korintus (1 Korintus 5:9, 10; 6:9-11, 18; 2 Korintus 7:1). Selama di Korintus, Paulus bekerja sebagai pembuat tenda dan menginjil, selain itu, Paulus juga menulis beberapa pucuk surat kepada para anggota Gereja di area Korintus, yang dua darinya sekarang ada dalam Perjanjian Baru (1 dan 2 Korintus). Di sini ia pertama kali berkenalan dengan Akwila dan Priskila, yang menjadi teman sekerjanya.
 


Jemaat Korintus bukanlah jemaat ideal seperti Efesus atau Filipi. Justru jemaat ini banyak mengecewakan Paulus. Berbagai dosa ada di dalamnya (perpecahan, perzinahan, menuntut sesama Kristen di pengadilan, dsb.). Hampir semua masalah yang timbul dalam jemaat Korintus berhubungan langsung dengan latar belakang kehidupan kota Korintus. Perzinahan, yang dilakukan beberapa warga jemaat, jelas masih berhubungan dengan perzinahan sakral yang dipromosikan para pelacur kuil penyembahan Venus. Demikian pula keasyikan mencari berbagai karunia masih berhubungan dengan gairah menyombongkan diri dari warga kota yang mementingkan hikmat itu. Kota Korintus yang tidak kudus telah mempengaruhi jemaat Tuhan di Korintus menjadi materilistis, amoral dan tidak kudus.

No comments:

Post a Comment