Friday, February 20, 2015

ATHENA

"Kota Para Pemuja Dewa"

Mendengar nama Atena membuat para pendengarnya secara langsung terkoneksi dengan nama para filsuf. Jauh sebelum kedatangan Yesus Kristus, Atena memang sudah terkenal dengan para pemikir hebat seperti Sokrates, Plato, Aristoteles, Zeno, Phytagoras, Heraklitos, Permanindes, Thales,  dan masih banyak lagi filsuf lain dengan berbagai jenis pemikiran dan gaya filsafat masing-masing. Ibu kota Yunani modern, dan kota terpenting di Yunani pada zaman dahulu ini terletak di dekat ujung selatan Dataran Atika, kira-kira 8 km dari laut Aegea. Letak geografisnya sangat berperan untuk kemasyhurannya dalam sejarah. Pegunungan di sekeliling kota itu merupakan pertahanan alami, dan celah-celah gunung berada cukup jauh sehingga Atena dapat terhindar dari kemungkinan serangan darat secara tiba-tiba. Letaknya juga cukup jauh dari laut sehingga aman dari armada penyerbu.

Pada tahun 86 sM, kota ini direbut oleh bangsa Romawi, tetapi ibukota untuk seluruh Akhaya (Yunani) adalah Korintus. Setelah Roma menaklukannya, Kota Atena berstatus sebagai “cifitas foederata”, yang sama sekali terbebas dari kuasa gubernur propinsi Akhaya. Tidak membayar pajak ke Roma dan mempunyai otonomi di bidang pengadilan Intern.


Kampung halaman para Filsuf

Kota Atena terkenal sebagai pusat seni, sastra, dan ilmu pengetahuan Yunani. Berbagai bidang keilmuan berkembang pesat, misalnya pengobatan, ilmu pasti, filsafat, dan sastra. Muncul banyak cendekiawan di Atena, seperti Fidias dalam bidang seni, Iktinos dan Kallikrates dalam bidang arsitektur, Sofokles dan Euripides adalah penulis drama tragedi yang sangat terkenal, sedangkan Aristofanes menulis drama komedi. Dalam filsafat, Sofokles mengajar orang-orang melalui pertanyaan-pertanyaan yang membuat mereka berpikir.
Atena menjadi kota perguruan tinggi yang dipenuhi oleh para profesor, dosen, dan filsuf. Empat aliran filsafat terbentuk di kota ini, yaitu aliran Plato, aliran Aristoteles, aliran Epikuros, dan aliran Stoa (Kis 17:18), dan pada zaman Romawi aliran-aliran ini diikuti oleh para siswa dari seluruh imperium itu. Bahkan dari ketiga kota universitas yang besar pada waktu itu, yaitu Atena, Tarsus dan Aleksandria, Atena adalah yang paling terkenal. Penulis Filo dari Aleksandria mengatakan bahwa Atena adalah yang pling tajam otaknya dari orang Yunani. Banyak pemuda Romawi pergi ke Atena untuk memperoleh pendidikan tinggi, termasuk Octavius (Kaisar Agustus) dari Roma, semasa mudanya juga belajar di kota ini.


Kota Para Dewa

Atena juga merupakan kota yang sangat religius, sehingga rasul Paulus terdorong untuk berkomentar bahwa orang Atena ”tampaknya lebih cenderung untuk takut kepada dewa-dewa, dibanding orang-orang lain”. (Kis 17:22) Menurut sejarawan Yosefus, orang Athena adalah ’orang Yunani yang paling saleh’. Negara mengendalikan agama dan mendukungnya dengan membiayai korban, ritus, dan arak-arakan massal demi menghormati para dewa. Berhala-berhala terdapat di kuil-kuil, di lapangan-lapangan, dan di jalan-jalan, dan orang-orang secara teratur berdoa kepada para dewa sebelum mengadakan perjamuan atau simposium kaum cendekiawan, pertemuan politik, dan pertandingan atletik. Agar tidak menyakiti satu dewa pun, orang Atena bahkan membangun mezbah-mezbah ”Kepada Allah Yang Tidak Dikenal”, sebagaimana disebutkan Paulus di Kisah 17:23.

Dalam mitologi Yunani, mereka percaya kepada 12 Dewa Olimpus juga dikenal dengan sebutan Dodekatheon. Salah satu diantara dewa-dewi olimpus mereka adalah Atena. Selain dipercayai sebagai pelindung kota Atena, Dewi Atena juga disebut sebagai dewi kebijaksanaan, perang, seni dan kerajinan tangan. Penduduk kota Atena membangun sebuah patung Athena dengan helm di kepalanya, mengenakan baju besi dan aigis. Patung itu juga dihiasi dengan seekor ular besar dan perisai berhiaskan kepala Gorgon. Di Akropolis kota Atena juga terdapat kuil Parthenon untuk memuja Atena.

Paulus di Atena

Perjalanan Paulus ke Atena adalah sebuah perjalanan yang cukup berat. Bukan karena Paulus mengalami penganiayaan sampai mati, namun karena Paulus akan berhadapan dengan sebuah kota yang disebut sebagai “kota para filsuf.” Kota yang diisi oleh banyak kaum intelektual, pemikir hebat, dan filsuf-filsuf dimana karya-karya mereka sangat mempengaruhi peradaban, kemajuan teknologi, dan kebudayaan. Selain itu, Atena juga adalah sebuah kota para dewa karena begitu banyak dewa yang tergambar dalam rupa-rupa patung yang hampir terdapat disetiap ruas jalan kota itu (Kis 17:16). Ada sindiran yang mengatakan bahwa di kota Atena lebih mudah mencari dewa dibanding mencari manusia. Latar belakang inilah yang membuat perjalanan Paulus ke Atena adalah sebuah perjalanan yang berat dan penuh tantangan bagi pemberitaan Injil.


Sewaktu berada di pasar, Paulus didatangi oleh para filsuf Stoa dan filsuf Epikuros (aliran filsafat yang paling terkenal dan banyak memberi pengaruh ketika itu) dan dipandang dengan penuh curiga sebagai ”orang yang memberitakan dewa-dewa asing” (Kis 17:18). Penduduk Atena ternyata lebih skeptis dan toleran daripada orang Filipi, tetapi mereka rupanya masih khawatir akan pengaruh ajaran baru ini terhadap keamanan negara. Paulus dibawa ke Areopagus, yakni di hadapan mahkamah. Kefasihan Paulus dalam memberikan kesaksian di hadapan orang-orang Atena yang terpelajar tersebut merupakan pelajaran bagi kita untuk cerdik dan kontekstual dalam penginjilan. Ia memperlihatkan bahwa yang sedang ia beritakan bukanlah dewa baru, melainkan sang Pencipta langit dan bumi, dan dengan cerdik ia menunjuk kepada ”Allah Yang Tidak Dikenal”, yang mezbahnya telah ia lihat, dan ia bahkan mengutip dari Phænomena karya Aratus, seorang penyair Kilikia, dan dari Himne kepada Zeus karya Kleantes. (Kis 17:22-31) Walaupun mayoritas mengejek dia, beberapa orang Athena, termasuk Dionisius, yaitu hakim Areopagus, serta seorang wanita bernama Damaris, menjadi orang percaya (Kis 17:32-34). Mengabarkan Injil di segala situasi, keadaan dan tempat merupakan keharusahan bagi Paulus, juga bagi setiap orang percaya, namun kita akan sanggup melakukannya dengan tuntunan Roh Kudus disertai dengan kehidupan kekristenan yang kuat dan mantab. 

No comments:

Post a Comment