Thursday, May 2, 2013

Ompu Nommensen "Si Rasul Batak"


Suku Batak merupakan suku yang mayoritas beragama Kristen, semuanya itu tidak terlepas dari peran seorang hamba Tuhan yang luar biasa, yaitu Nommensen. Ludwig Ingwer Nommensen lahir di Nordstrand, Denmark (kini Jerman), pada tanggal 6 Februari 1834. Anak dari pasangan Pieter Nommensen dan Anna ini lebih dikenal sebagai Ingwer Ludwig Nommensen atau I.L. Nommensen di daerah Batak. Namanya lebih terkenal di Indonesia, khusunya di daerah Batak dari pada di negara asalnya, karena ia merupakan seorang penyebar agama Kristen Protestan di antara suku Batak.

Masa kecil yang pahit

Nommensen merupakan anak pertama dari empat orang bersaudara. Terlahir dari keluarga yang sangat miskin di desanya. Sejak kecil, ia terbiasa hidup dalam penderitaan dan kemiskinan. Kondisi yang demikian memaksanya mencari nafkah untuk membantu orangtuanya seja masa kanak-kanak. Pada usia 7 tahun, Nommensen memilih menggembalakan angsa daripada duduk di bangku sekolah. Tahun demi tahun dia mencoba berbagai pekerjaan yang cukup berat diusianya yang masih kecil, mulai dari menggembalakan domba, belajar menjadi tukang atap, belajar mengerjakan tanah, menuntun kuda yang menarik bajak untuk membajak tanah, semuanya itu dilakukannya untuk membantu kedua orangtuanya mencari nafkah.

Penderitaannya semakin bertambah ketika berusia 12 tahun, Nommensen mengalami kecelakaan. Sewaktu ia bermain kejar-kejaran dengan temannya, ia ditabrak kereta kuda yang menggilas kakinya sampai patah dan keadaan yang demikian memaksanya berbaring di tempat tidur berbulan-bulan lamanya. Kakinya hampir diamputasi, sehingga ia berdoa meminta kesembuhan dan berjanji kepada Tuhan, jika ia disembuhkan, maka ia akan memberitakan injil kepada orang kafir.

Gairah untuk menjadi penginjil

Doa Nommensen dijawab oleh Tuhan, kedua kakinya sembuh secara ajaib, dia dapat berjalan seperti sediakala. Pada usia 20 tahun, ia berangkat ke Barmen (sekarang Wuppertal) dan selama empat tahun ia belajar di seminari Zending Lutheran Rheinische Missionsgesellschaft (RMG). Setelah lulus pada tahun 1861, ia kemudian ditahbiskan menjadi pendeta dan ditugaskan oleh RMG ke Sumatra. Nommensen tiba pada tanggal 14 Mei 1862 di Padang, setelah menghabiskan waktu 142 hari perjalanan (yang saat ini dapat kita tempuh hanya kuang lebih 11). Ia memulai misinya di Barus dengan harapan akan mendapatkan izin untuk menetap di daerah Toba, namun pemerintah kolonial tidak mengizinkan dengan alasan keamanan.

Menjangkau suku Batak

Perbedaan budaya, bahasa dan agama tidak menyurutkan niatnya untuk memulai “pengabdian” di tengah perlawanan dan ancaman Bangsa Batak yang belum terbiasa menerima kehadiran “orang aneh”, yang berlainan bahasa, pola hidup, warna kulit dan mata serta rambutnya. Kunjungan pertamanya ke Tarutung dan diterima oleh Ompu Pasang (Ompu Tunggul) kemudian tinggal dirumahnya yang daerahnya masuk dalam kekuasaan Raja Pontas LumbanTobing. Dari sini Nomensen kemudian kembali ke Sipirok untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan dalam pelayanannya. Namun ketika ia kembali ke Tarutung namun ia ditolak.

Kesungguhan dan keteguhan Nommensen, terbukti mampu memenangkan penolakan besar Bangsa Batak. Akhirnya satu persatu orang Batak menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, bahkan Raja Pontas Lumban Tobing yang dulunya menolak Nommensen, meminta supaya dia dan keluarganya dibaptis dan dampaknya masyarakat Silindung makin banyak yang masuk Kristen. Kasihnya akan suku Batk sangatlah besar, sehingga suatu ketika dia berdoa di Bukit Siatas Barita, di sekitar Salib Kasih yang sekarang. “Tuhan, hidup atau mati saya akan bersama bangsa ini untuk memberitakan FirmanMu dan KerajaanMu, Amin!”

Terus berkarya hingga akhir hayat

Nommensen memberitakan Injil di tanah Batak dengan beragam cara. Ia menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Toba dan menerbitkan cerita-cerita Batak. Ia juga memperbaiki sistem pertanian, peternakan, meminjamkan modal,membantu melunasi hutang dan membuka sekolah-sekolah serta balai-balai pengobatan. Strategi misi yang dikembangkan Nommensen ialah mengubah strategi penginjilan awal yang menekankan konversi perorangan dengan mengembangkan strategi yang menekankan konversi kelompok baik keluarga (mencakup keseluruhan anggota keluarga sebagai satu kesatuan) maupun keseluruhan komunitas kepada iman Kristen. Hasil dari pekerjaannya ialah berdirinya sebuah gereja terbesar di tengah-tengah suku bangsa Batak Toba yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).
Bebrapa penghargaan dan gelar yang didapat oleh Nommensen:
1.    Di gelar apostles atau rasul dan diberi gelar 'Ompu' (gelar atau panggilan kehormatan untuk setiap orang yang memiliki kemampuan, kualitas pribadi dan kesalehan).
2.    Pada Tahun 1904 (Di hari ulang tahunnya yang ke-70), mendapat gelar Doktor Honoris Causa di bidang Theologi dari  Fakultas Theologi Universitas Bonn, Jerman.
3.    Pada tahun 1911, ia memperoleh penghargaan Kerajaan Belanda dengan diangkat sebagai Officer Ordo Oranye-Nassau.
4.    Karena kecakapan dan jasa-jasanya dalam pekerjaan penginjilan, maka pada tahun 1881 pimpinan RMG mengangkat Nommensen sebagai Ephorus. Jabatan ini diembannya sampai akhir hidupnya.

Setelah bekerja demi suku Batak selama 57 tahun lamanya, ia menutup usia pada tanggal 23 Mei 1918, pada umur 84 tahun. Dari semua pekabar Injil asal Eropa yang berkarya di wilayah ini, hanya beliau-lah yang mendapat gelar “Rasul Orang Batak” karena karya-karyanya,menetap cukup lama juga oleh karena beliau menyerahkan segenap hidupnya untuk melayani masyarakat Batak.