Monday, May 20, 2013

PENDEKATAN KONTEKSTUALISASI TERHADAP AGAMA HINDU

1. Latar belakang agama Hindu
Agama Hindu merupakan agama yang mempunyai usia tertua dan merupakan agama yang pertama kali dikenal oleh manusia. Agama Hindu mengajarkan banyak hal, baik ilmu yang berhubungan dengan dunia rohani maupun dunia material. Ajaran Hindu sangat luas , mulai dari hal yang sederhana hingga yang rumit yang sulit dijangkau oleh pikiran biasa.
Bagi masyarakat Hindu, agama Hindu dikenal dengan nama Sanatana Dharma ( kebenaran yang abadi ) namun orang umum menyebutnya sebagai Hindu karena agama ini berasal dari lembah sungai Shindu. “Kata Hindu pertama kali digunakan oleh orang Persia dan kemudian dipopulerkan pada masa penjajahan Inggris” (Wage Rahardjo , 2011). Namun yang jelas didalam Weda agama Hindu disebut dengan nama Sanatana Dharma.
Meskipun Hindu dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun sebetulnya Hindu menganut monoteisme, karena percaya kepada Tuhan yang maha esa yaitu Brahman, yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam bentuk dewa-dewa. Hindu meyakini bahwa Dewa adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni surga, setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Kata “dewa” berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Di antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu konsep adalah:Brahmā, Wisnu, Çiwa. Mereka disebut Trimurti. Beberapa Dewa dan Dewi dalam agama Hindu, antara lain:
§  Agni (Dewa api)
§  Aswin kembar (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)
§  Brahma (Dewa pencipta, Dewa pengetahuan, dan kebijaksanaan)
§  Chandra (Dewa bulan)
§  Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)
§  Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)
§  Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)
§  Kuwera / Kubera (Dewa kekayaan)
§  Laksmi (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu)
§  Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahmā)
§  Shiwa (Dewa pelebur)
§  Sri (Dewi pangan)
§  Surya (Dewa matahari)
§  Waruna (Dewa air, Dewa laut dan samudra)
§  Wayu / Bayu (Dewa angin)
§  Wisnu (Dewa pemelihara, Dewa air)
§  Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)
Di Indonesia, masyarakat penganut agama Hindu banyak terdapat di Bali, Tengger, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap)

2. Keyakinan dan kepercayaan agama Hindu
Ada lima keyakinan dan kepercayaan dalam agama Hindu, yang disebut dengan Pancasradha, yaitu keyakinan dasar umat Hindu:
1.      Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2.      Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3.      Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4.      Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
5.      Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
Orang Hindu memiliki pemahaman bahwa kehidupan terpusat pada hubungan antara badan dengan jiwa atau atman, badan adalah milik dunia, sedangkan jiwa atau atman adalah bagian dari realitas roh Brahman. Ada tiga hal yang ditekankan oleh agama Hindu mengenai kehidupan:
§  Samsara, artinya mengembara, menunnjuk kepada pengembaraan jiwa yang dan tubuh yang satu ke tubuh yang lain, dari masa kehidupan yang satu, ke masa kehidupan yang lain.
§  Karma, mereka percaya bahwa karma yang menumpuk dalam kehidupan sebelumnya pindah ke masa kini dan sangat memnentukan wujud kelahiran jiwa kembali.
§  Moskha, adalah akhir dari samsara atau pengembaraan jiwa dan merupakan tujuan setiap orang Hindu
Pembagian manusiadalam masyarakat agama Hindu:
§  Warna Brahmana, para pekerja di bidang spiritual ; sulinggih, pandita dan rohaniawan.
§  Warna Ksatria, para kepala dan anggota lembaga pemerintahan.
§  Warna Waisya, para pekerja di bidang ekonomi
§  Warna Sudra, para pekerja yang mempunyai tugas melayani/membantu ketiga warna di atas
Sedangkan di luar sistem Catur Warna tersebut, ada pula istilah :
§  Kaum Paria, Golongan orang terbuang yang dianggap hina karena telah melakukan suatu kesalahan besar
§  Kaum Candala, Golongan orang yang berasal dari Perkawinan Antar Warna

3. Inti ajaran Hindu
Inti ajaran Hindu terkonsep dalam “Tiga Kerangka Dasar” dan “Panca Sradha”. Tiga kerangka dasar tersebut terdiri dari Tattwa (Filsafat) Susila (Etika) Upacara (Yadnya).
Tattwa  – Ajaran Hindu kaya akan Tattwa atau dalam ilmu modern disebut filsafat , secara khusus filsafat disebut Darsana. Dalam perkembangan agama Hindu atau kebudayaan veda terdapat Sembilan cabang filsafat yang disebut Nawa Darsana. Pada masa Upanishad , akhirnya filsafat dalam kebudayaan veda dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu astika (kelompok yang mengakui veda sebagai ajaran tertinggi) dan nastika ( kelompok yang tidak mengakui Veda ajaran tertinggi ). Terdapat enam cabang filsafat yang mengakui veda yang disebut Sad Darsana (Saṁkhya, Yoga, Mimamsa, Nyaya, Vaisiseka, dan Vedanta ) dan tiga cabang filsafat yang menentang veda yaitu Jaina, Carvaka dan Budha (agama Budha).
Susila – Secara harfiah susila diartikan sebagai etika . hal-hal yang tekandung yang dikelompokan kedalam susila memuat tata aturan kehidupan bermasyarakat yang pada intinya membahas perihal hukum agama. Mulai dari hukum dalam kehidupan sehari-sehari hingga hukum pidana ( Kantaka Sodhana ) dan hukum perdata ( Dharmasthiya ).
Upacara – Yang dimaksud upacara dalam agama Hindu adalah ritual keagamaan , sarana ritual keagamaan disebut Upakara , upakara di Bali disebut Banten. Upacara ini dapat dikelompok kedalam beberapa bentuk korban suci ( Yajna ) yang disebut Panca Yadnya ( Panca Maha Yadnya ). Ada banyak jenis panca Yadnya tergantung dari kitab mana uraian dari panca yadnya tersebut, artinya meskipun Panca Yadnya sama-sama terdiri dari lima jenis yadnya namun bagian-bagian yang disebutkan berbeda-beda masing – masing uraian kitab suci Smrti.
Selain tiga kerangka dasar agama Hindu, ajaran hindu berlandaskan pada lima keyakinan yang disebut Panca Sradha ( lima dasar keyakinan umat Hindu ) yang melitputi : Widhi Tattwa, keyakinan terhadap Tuhan (Brahman). Atma Tattwa, keyakinan terhadap Atman (Roh). Karmaphala Tattwa, keyakinan pada Karmaphala (hukum sebab-akibat). Punarbawa Tattwa, keyakinan pada kelahiran kembali (reinkarnasi) dan Moksa Tattwa, keyakinan akan bersatunya Atman dengan Brahman.
Dalam hubungan bermasyarakat, agama Hindu menekankan ajarannya tentang:
§  Keselarasan dan Toleransi Universal
     Salah satu ajaran agama Hindu yang paling agung pada umat manusia adalah sikap toleransi keagamaan dan keselarasan yang universal. Dalam kitab Weda dalam salah satu baitnya memuat kalimat berikut:
                      Sanskerta: एकम् सत् विप्राबहुधा वदन्ति
                      Alihaksara: Ekam Sat Vipraaha Bahudhaa Vadanti
   yang artinya: "Hanya ada satu kebenaran tetapi para orang pandai menyebut-Nya dengan banyak nama." — Rg Weda (Buku I, Gita CLXIV, Bait 46)

   Dalam berbagai pustaka suci Hindu, banyak terdapat sloka-sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap yang adil oleh Tuhan. Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda. Hal itu diuraikan dalam kitab suci mereka sebagai berikut:
         samo ‘haṁ sarva-bhūteṣu na me dveṣyo ‘sti na priyah ye bhajanti tu māṁ bhaktyā 
         mayi te teṣu cāpy    aham (Bhagawadgita, IX:29)
    Artinya: Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua  makhluk. Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang paling Aku kasihi. Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada-Ku dan Aku bersamanya pula

                      Yo yo yām yām tanum bhaktah śraddhayārcitum icchati, tasya tasyācalām                          śraddhām tām eva vidadhāmy aham (Bhagawadgita, 7:21)
    Artinya: Kepercayaan apapun yang ingin dipeluk seseorang, Aku perlakukan mereka sama dan Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap

§  Tanpa Kekerasan
    Pandangan dalam agama Hindu yang memegang teguh doktrin tanpa kekerasan (ahimsa) terhadap semua bentuk kehidupan adalah suatu prasyarat bagi keberadaan yang universal. Sebuah pandangan universal terhadap manusia yang disusun oleh para Rsi Hindu ketika mereka menyatakan : "Vasudaiva kutumbakam", atau "Semua manusia adalah satu keluarga". Bhagawan Kresna menyatakan, tertera dalam Bhagawad Gita VI.30: "Ia yang melihatKu (Tuhan) dalam semua makhluk hidup dan semua makhluk hidup dalam diriKu, darinya Aku tidak akan pernah hilang, atau tidak akan pernah pergi dariKu". Karena alasan inilah semua agama atau setiap ras di India telah menemukan sebuah fundamen yang permanen. Mahatma Gandhi adalah pelopor ahimsa yang paling terkenal, sebelumnya doktrin ini telah diterapkan dalam kegiatan manusia yang bersifat keagamaan. Konsep ahimsa Gandhi didasarkan pada kepercayaannya bahwa Kebenaran dan ahimsa adalah dua sisi yang sama dari sebuah koin. Ia menulis di dalam sebuah media Young India pada tahun 1925, yang menyatakan "Ahimsa adalah Tuhanku, Kebenaran adalah Tuhanku. Ketika aku mencari ahimsa, Kebenaran mengatakan 'temukanlah ahimsa melaluiku'. Ketika aku mencari Kebenaran, ahimsa mengatakan 'temukanlah kebenaran melalui diriku'!". Dengan kesuksesan membimbing perjuangan kebebasan India melawan Inggris melalui anti kekerasan, Mahatma Gandhi menunjukkan pada rakyatnya pertalian yang tidak terpisahkan dengan jalan anti kekerasan yang lebih kuat daripada sebuah bangunan istana besar yang memiliki pasukan dan prajurit yang lebih banyak.

4. Pendekatan Kontekstualisasi kepada penganut Hindu
§  Melalui persahabatan, umumnya penganut Hindu sangat terbuka untuk bergaul dengan kelompok atau kepercayaan apapun, karena mereka menjujung tinggi toleransi universal.
§  Penganut Hindu umumnya sangat memegang teguh adat dan budaya (Bali, tengger) yang telah diwariskan turun temurun. Menginjili orang-orang Hindu seperti ini tidak bisa serta merta kita harus memaksa mereka untuk langsung meninggalkan adat-istiadat yang selama ini mereka pegang.
§  Sebagian kecil masyarakat Bali menunjukkan ketidakpuasan terhadap sistem adat dan agama. Selain itu, kelompok - kelompok yang ada di masyarakat memperlihatkan kepekaan yang berbeda terhadap doktrin keagamaan tertentu. Aturan adat yang kaku serta tidak adanya kelonggaran bagi anggota masyarakat untuk menjalankan ajaran agama menjadi keluhan yang belum terjawab selama ini bisa dipakai untuk mulai menginjili mereka melalui sisi ini.
§  Perkawinan seringkali menimbulkan terjadinya konversi agama. Wanita Bali yang kawin dengan pria Kristen sebagian besar akan mengikuti agama suami karena sistem patrialistik dari masyarakat Bali. Namun tidak sedikit justru pria Hindu yang mengikuti agama calon istrinya. Selain itu, urutan kelahiran dalam keluarga sangat berpengaruh. Di mana anak laki-laki yang bukan merupakan pewaris keluarga lebih mudah untuk beralih agama karena tidak terikat tanggung jawab dalam keluarganya. Juga mereka bukan penanggung jawab utama baik dalam melakukan pengabenan bagi orang tuanya maupun mengurus sanggah dan warisan keluarga.
§  Adanya perbedaan kasta dalam masyarakat Hindu, sehingga kasta yang rendah seringkali terhiarukan dan agak mudah untuk mulai menjangkau kasta ini.



Kepustakaan:
Keene, Micael. 2006. Agama-agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius
Honig, A.G. Jr. 2005. Ilmu Agama. Cetakan ke 11. Diterjemahkan oleh: M.D. Koesoemosoesastro dan soegiarto. Jakarta: BPK Gunung Mulia
http://hinduisme-07.blogspot.com, diakses pada 18 April 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu, diakses pada 18 April 2013
http://filsafat.kompasiana.com, diakses pada 18 April 2013