Friday, March 7, 2014

Western Wall Tunnel


Setelah pasukan jendral Titus mengadakan pengepungan terhadap Yerusalem, sepanjang satu tahun penuh. Akhirnya, pada tahun 70 M Yerusalem digempur dan diruntuhkan, Bait Allah dihancurkan dan dibakar. Sejak saat itu Bait Allah kedua tidak ada lagi dan tinggal reruntuhan, menyisahkan sebuah tembok sepanjang 485 meter, yang disebut dengan Tembok Barat (western wall) atau tembok ratapan. Kerinduan bangsa Yahudi untuk membangun kembali Bait Suci ketiga terlihat dari doa dan tangis mereka di tembok ratapan. Namun tidak mudah bagi mereka untuk mewujudkan impian membangun bait suci ke tiga, karena kini di Bukit Bait berdiri dua Masjid yaitu Dome of the Rock dan Masjid Al-Aqsa yang merupakan tempat tersuci ke-3 di dunia bagi umat muslim, setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.

Awal Penggalian

Pada abad kesembilan belas, para Rabi terkemuka di Yerusalem sudah mencoba untuk menentukan pengukuran yang tepat dari Tembok Barat dan menjelaskan metode yang digunakan dalam konstruksi, namun informasi mereka tidak lengkap, terutama karena mereka tidak dapat menemukan seluruh panjang tembok. Pertengahan abad ke-19, tahun 1864 peneliti Inggris, Charles Wilson diikuti oleh Charles Warren pada 1867-1870 juga tertarik untuk menggali Tembok Barat. Wilson menemukan sebuah lengkungan yang sekarang disebut "Wilson Arch" sepanjang 12,8 meter. Lengkungan ini diyakini merupakan jembatan yang menghubungkan Bukit Bait menuju kota pada masa Bait Suci ke-dua.

Setelah Perang Enam Hari tahun 1967, ketika Yerusalem Timur direbut kembali dan dibawah kontrol Israel, Departemen Agama Israel mulai penggalian lebih intensef ditujukan untuk mengekspos kelanjutan dari Tembok Barat. Penggalian ini diakukan dengan pengawasan ahli ilimiah dan para rabi, hal ini adalah untuk memastikan stabilitas struktur di atas dan untuk mencegah kerusakan artefak bersejarah dan juga agar tetap berdasar pada hukum Yahudi. Pada tahun 1988 Western Wall Heritage Foundation dibentuk, untuk mengambil alih penggalian dan pemeliharaan tembok doa.
 
Menggali untuk Tuhan dan Negara

Penggalian ini adalah operasi yang sulit, karena berada di bawah lingkungan perumahan yang telah dibangun pada struktur kuno dari masa Bait kedua dan dihuni oleh penduduk Palestina. Selain harus tetap menjaga satbilitas struktur bangunan pemukiman di atas, mereka juga harus mengalihkan limbah dari rumah-rumah ke sistem pembuangan limbah umum. Sebuah organisasi Palestina yang berbasis Yerusalem menduga bahwa Israel telah mulai menggali terowongan bawah tanah baru ke arah Masjid Al-Aqsa, sepanjang 120 meter, dengan lebar 1,5 meter di bawah lingkungan Palestina, Silwan, di  Yerusalem. Namun pengamat independen, Pendeta Jerome Murphy O’Connor dari Institut Injil Prancis di Yerusalem Timur, mengatakan penggalian tersebut tidak membahayakan fondasi Masjid Al Aqsa karena dibangun di atas blok Herodian yang sangat besar yang masih ada di sana.

Seorang sejarawan Israel di Yerusalem, Yovel Baruch mengatakan bahwa apa yang dilakukan Israel saat ini adalah untuk mencari sisa-sisa sejarah Yahudi dan penggalian ini dilakukan sesuai undang-undang Yahudi. Walaupun memicu kontroversi dan protes, dan menyebabkan serangkaian kerusuhan sejak awal penggalian, namun proyek ini tetap dilanjutkan “Mereka menggali untuk Tuhan dan negara.”

Akankah Bait Allah ketiga di bangun?

Setiap hari terlihat truk yang membawa puing-puing dan pasir sisa-sisa dari penggalian, yang mengangkut timbunan ke tempat yang tidak diketahui keberadaannya. Penggalian yang telah berlangsung selama sekitar 40 tahun ini, dilaksanakan sesuai dengan keyakinan Yahudi bahwa di bawah Masjid Al-Aqsa, terdapat sebuah kerajaan kuno tersembunyi yang telah lama hilang. Juru bicara Israel Antiquities Authority (IAA) mengatakan bahwa proyek tersebut adalah murni arkeologi dan terowongan tidak berada di bawah bukit bait, tetapi mengarah ke Kota Daud. Terowongan Bait Suci ini sepenuhnya dibuka untuk umum pada tahun 1996, dan diperlengkapi dengan pencahyaan, pendingin udara, petunjuk arah dan jalur khusus untuk kursi roda. Para peziarah akan diajak melihat kemegahan atau kejayaan Yerusalem pada masa ribuan tahun silam ketika berada dalam terowongan ini, disediakan multimedia yang canggih untuk menggambarkan peristiwa pembangunan bait suci sampai penghancuran bait kedua.
Selama penggalian, otoriatas kepurbakalaan Israel mengumumkan telah banyak menemukan benda-benda arkeologis yang penting dan langka. Kamar-kamar dan aula-aula ditemukan, juga ditemukannya sebagian jalan dari jaman Bait Allah yang kedua beserta terowongan air dari Zaman Hasmonian. Juga ditemukan batu fondasi terbesar, dengan panjang 60 meter dna lebar 3 meter serta tinggi 4 meter dari permukaan (sebagian ada di tanah), beratnya mencapai 570 ton. Sebagai perbandingan, batu terbesar Great Piramyd di Mesir hanya 11 ton.  Menjadi pertanyaan besar, benarkah penggalian hanya murni untuk kepentingan arkeologi, seperti paparan dari  otoriatas kepurbakalaan Israel? ataukah ada misi rahasia dibalik operasi ini, mengingat pendanaan mega proyek tersebut dari Elad, kelompok pemukim garis keras yang berusaha untuk memperluas kehadiran Yahudi di Yerusalem timur yang diduduki dan dianeksasi.

Apapun misi dari operasi Israel di bawah Bukit Bait yang telah berdiri 2 masjid ini, telah menyulut berbagai ketegangan dan juga kritikan dunia internasional. Namun penggalian tetap dilanjutkan hingga kini,  jika kerinduan dan ratapan dari Israel untuk membangun kembali bait suci di lokasi yang sekarang sedang di gali, berarti nubuatan besar akhir zaman sedang digenapi, dan sebagai suatu tanda bahwa kedatanagan-Nya sudah semakain dekat, bersiaplah!.

No comments:

Post a Comment