Setelah
pasukan jendral Titus mengadakan pengepungan terhadap Yerusalem, sepanjang satu
tahun penuh.
Akhirnya, pada tahun 70 M Yerusalem
digempur dan diruntuhkan, Bait Allah dihancurkan dan dibakar. Sejak saat itu
Bait Allah kedua tidak ada lagi dan tinggal reruntuhan, menyisahkan sebuah
tembok sepanjang 485 meter, yang disebut dengan Tembok Barat (western wall)
atau tembok ratapan. Kerinduan bangsa Yahudi untuk membangun kembali Bait Suci
ketiga terlihat dari doa dan tangis mereka di tembok ratapan. Namun tidak mudah
bagi mereka untuk mewujudkan impian membangun bait suci ke tiga, karena kini di Bukit Bait berdiri dua Masjid yaitu Dome of the Rock dan Masjid Al-Aqsa
yang merupakan tempat tersuci ke-3 di dunia bagi umat muslim, setelah Masjidil
Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah.
Awal Penggalian
Pada
abad kesembilan belas, para Rabi terkemuka di Yerusalem sudah mencoba untuk
menentukan pengukuran yang tepat dari Tembok Barat dan menjelaskan metode yang
digunakan dalam konstruksi, namun informasi mereka tidak lengkap, terutama
karena mereka tidak dapat menemukan seluruh panjang tembok. Pertengahan abad
ke-19, tahun 1864 peneliti
Inggris, Charles Wilson diikuti oleh Charles Warren pada 1867-1870 juga
tertarik untuk menggali Tembok Barat. Wilson menemukan sebuah lengkungan yang sekarang
disebut "Wilson Arch" sepanjang 12,8 meter. Lengkungan ini diyakini
merupakan jembatan yang menghubungkan Bukit Bait menuju kota pada masa Bait
Suci ke-dua.
Setelah Perang Enam Hari tahun 1967, ketika
Yerusalem Timur direbut kembali dan dibawah kontrol Israel, Departemen Agama
Israel mulai penggalian lebih intensef ditujukan untuk mengekspos kelanjutan
dari Tembok Barat. Penggalian ini diakukan dengan pengawasan ahli ilimiah dan
para rabi, hal ini adalah untuk memastikan stabilitas struktur di atas dan
untuk mencegah kerusakan artefak bersejarah dan juga agar tetap berdasar pada hukum Yahudi. Pada tahun 1988
Western Wall Heritage Foundation dibentuk, untuk mengambil alih penggalian dan pemeliharaan
tembok doa.
Menggali
untuk Tuhan dan Negara
Penggalian ini adalah operasi yang sulit,
karena berada di bawah lingkungan perumahan yang
telah dibangun pada struktur kuno dari masa Bait kedua
dan dihuni oleh penduduk Palestina. Selain harus tetap menjaga satbilitas struktur
bangunan pemukiman di atas, mereka juga harus mengalihkan limbah dari rumah-rumah
ke sistem pembuangan limbah umum. Sebuah
organisasi Palestina yang berbasis Yerusalem menduga bahwa Israel telah mulai
menggali terowongan bawah tanah baru ke arah Masjid Al-Aqsa, sepanjang 120
meter, dengan lebar 1,5 meter di bawah lingkungan Palestina, Silwan, di Yerusalem. Namun pengamat independen, Pendeta
Jerome Murphy O’Connor dari Institut Injil Prancis di Yerusalem Timur,
mengatakan penggalian tersebut tidak membahayakan fondasi Masjid Al Aqsa karena
dibangun di atas blok Herodian yang sangat besar yang masih ada di sana.
Seorang sejarawan Israel di Yerusalem, Yovel Baruch mengatakan bahwa apa
yang dilakukan Israel saat ini adalah untuk mencari sisa-sisa sejarah Yahudi
dan penggalian ini dilakukan sesuai undang-undang Yahudi. Walaupun memicu kontroversi
dan protes, dan menyebabkan serangkaian kerusuhan sejak awal penggalian, namun proyek
ini tetap dilanjutkan “Mereka menggali untuk Tuhan dan negara.”
Akankah
Bait Allah ketiga di bangun?
Setiap hari terlihat truk yang membawa puing-puing dan pasir sisa-sisa
dari penggalian, yang mengangkut timbunan ke tempat yang tidak diketahui
keberadaannya.
Penggalian yang telah berlangsung selama
sekitar 40 tahun ini, dilaksanakan sesuai dengan keyakinan Yahudi bahwa di
bawah Masjid Al-Aqsa, terdapat sebuah kerajaan kuno tersembunyi yang telah lama
hilang.
Juru bicara Israel Antiquities Authority (IAA) mengatakan bahwa proyek tersebut
adalah murni arkeologi dan terowongan tidak berada di bawah bukit bait, tetapi
mengarah ke Kota Daud. Terowongan Bait Suci ini sepenuhnya dibuka untuk umum
pada tahun 1996, dan diperlengkapi dengan pencahyaan, pendingin udara, petunjuk
arah dan jalur khusus untuk kursi roda. Para peziarah akan diajak melihat
kemegahan atau kejayaan Yerusalem pada masa ribuan tahun silam ketika berada
dalam terowongan ini, disediakan multimedia yang canggih untuk menggambarkan
peristiwa pembangunan bait suci sampai penghancuran bait kedua.
Selama penggalian, otoriatas kepurbakalaan
Israel mengumumkan telah banyak menemukan benda-benda arkeologis yang penting
dan langka. Kamar-kamar dan aula-aula ditemukan, juga ditemukannya sebagian
jalan dari jaman Bait Allah yang kedua beserta terowongan air dari Zaman
Hasmonian. Juga ditemukan batu fondasi terbesar, dengan panjang 60 meter dna
lebar 3 meter serta tinggi 4 meter dari permukaan (sebagian ada di tanah),
beratnya mencapai 570 ton. Sebagai perbandingan, batu terbesar Great Piramyd di
Mesir hanya 11 ton. Menjadi pertanyaan
besar, benarkah penggalian hanya murni untuk kepentingan arkeologi, seperti paparan
dari otoriatas kepurbakalaan Israel?
ataukah ada misi rahasia dibalik operasi ini, mengingat pendanaan mega proyek
tersebut dari Elad, kelompok pemukim garis keras yang berusaha untuk memperluas
kehadiran Yahudi di Yerusalem timur yang diduduki dan dianeksasi.
Apapun misi dari operasi Israel di bawah
Bukit Bait yang telah berdiri 2 masjid ini, telah menyulut berbagai ketegangan
dan juga kritikan dunia internasional. Namun penggalian tetap dilanjutkan
hingga kini, jika kerinduan dan ratapan
dari Israel untuk membangun kembali bait suci di lokasi yang sekarang sedang di
gali, berarti nubuatan besar akhir zaman sedang digenapi, dan sebagai suatu
tanda bahwa kedatanagan-Nya sudah semakain dekat, bersiaplah!.
No comments:
Post a Comment