Thursday, May 30, 2013

S & K (*)



Sebuah iklan produk tertentu memberikan penawaran yang menggiurkan sekaligus menjebak. Dengan font ukuran besar menawarkan diskon yang fantastik, tetapi ternyata ada tanda bintang kecil di bawahnya yang berarti ada syarat dan ketentuan yang berlaku untuk mendapatkan penawaran tersebut. Bukan hanya untuk sebuah produk, syarat dan ketentuan juga diberlakukan untuk perekrutan karyawan, calon mahasiswa, bahkan beberapa orang menerapkan untuk calon pasangan hidup. Tidak heran jika di dunia kita sekarang hampir segala sesuatu diterapkan syarat dan ketentuan sebagai sebuah standar.

Berbanding terbalik dengan kenyataan di dunia ini terhadap apa yang diberikan oleh Yesus kepada kita. Kasih-Nya, kebaikan-Nya, pengorbanan-Nya yang diberikan tanpa menerapkan syarat dan ketentuan. Jika saja Allah menerapkan syarat dan ketentuan tersebut, maka tidak akan ada manusia yang akan mendapat anugerah dan keselamatan-Nya karena semua manusia telah berdosa (Rm 3:23) dan cemar di hadapan Allah. Inilah anugerah yang sejati, dimana pemberian yang terbaik tanpa didasari oleh kelayakkan dari sang penerima. Karena itu hargai anugerah dan kasih karunia-Nya dalam hidup kita, memang anugerah diberikan secara gratis atau cuma-cuma tetapi anugerah Allah tidak murahan tetapi mahal harganya. Hidup dengan penuh ketaatan, tetap menjaga kekudusan dan hidup benar merupakan respon kita terhadap kasih karunia-Nya.

Kekristenan bukanlah merupakan sebuah agama sebenarnya, melainkan hubungan, yaitu hubungan yang didasari oleh kasih Allah yang tak terbatas. Dimulai ketika Allah yang mencari manusia bukan manusia yang mencoba untuk mencari Allah, hal ini menunjukkan bahwa betapa pedulinya bahkan agungnya kasih Allah akan manusia. Pertanyaan sekarang adalah kenapa Allah begitu menaruh perhatian yang khusus kepada manusia?, Alkitab memberikan jawaban yang pasti, bahwa ternyata manusia adalah ciptaan Tuhan yang mulia sehingga ini yang membuat manusia menjadi sangat berharga di hadapan Tuhan. Menjadi berharga bukan karena kita hebat, karena sesungguhnya kita diciptakan dengan bahan baku yang murahan, yaitu debu tanah, tetapi yang membuat manusia berharaga dan spesial bagi Tuhan yaitu ketika Allah sendiri yang menghembuskan nafas hidup ke hidung kita (Kej 2:7).

Sadari posisi kita di hadapan Tuhan, bahwa kita manusia yang berdosa, yang lemah telah mendapat kasih karunia Allah yang tidak terbatas bukan berdasarkan kelayakkan kita atau telah memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku, namun karena kita sangat berharga di mata Tuhan, sehingga tanpa memeperhatikan asas penerapan standar kelayakkan Dia telah menganugerahi segala hal yang terbaik dalam hidup kita. Sebuah pertanyaan untuk direnungkan sekarang:
§  Sudahkah kita meresponi dan menghargai anugerah-Nya?
§  Apakah yang sudah kita lakukan untuk Tuhan?
§  Apa yang akan kita lakukan untuk Tuhan?
            

Wednesday, May 29, 2013

Tembok Ratapan

Semenjak Bait Allah ke II dihancurkan oleh pasukan Romawi di bawah pimpinan Jendral Titus pada tahun 70 Masehi, orang Yahudi sebenarnya sudah tidak mempunyai tempat suci untuk beribadah lagi. Dan juga diingat bahwa pada tahun 123 masehi hampir sebagian besar orang Yahudi tidak diperkenankan lagi berada di daerah ini, mereka diusir keluar dari tanah ini. Hanya sekelompok kecil orang Yahudi yang masih ada di daerah tersebut mencari sisa peninggalan dari Bait Allah dan mereka menemukan sisa tembok luar sebelah barat dari Bait Allah. Tembok luar di sebelah barat Bait Suci Yahudi disebut Tembok Ratapan ini , akhirnya menjadi tempat paling suci bagi umat Yahudi dunia karena menurut tradisi para rabbi, tempat ini dalam arti tertentu berperan sebagai pengganti Bait Suci. Tembok Ratapan ini berbatasan langsung dengan Masjid Al-Aqsa dan Masjid Omar. Bagi kaum muslim, tembok ini merupakan dasar dari Masjid Suci Al-Aqsa.

Tempat yang suci

Tembok yang dibangun oleh Raja Herodes Agung pada tahun 20 sebelum Kristus, yang dalam bahasa Ibrani disebut “HaKotel Ha’Ma’aravi”, artinya tembok sebelah barat ini awalnya memiliki panjang 485 meter, tersembunyi oleh bangunan-bangunan yang berdiri disekelilingnya. Namun sampai bulan Juni 1967 bagian dinding yang dapat diakses tidak lebih dari 28 meter saja. Tempat ini kemudian dianggap sakral atau menjadi tempat yang suci bagi orang Yahudi baik secara tradisi maupun religi, karena merupakan tembok yang terdekat dengan tempat Ruangan Maha Kudus, tempat dimana dianggap ada "kehadiran Yahweh" yang tidak pernah pergi dari situ dan salah satu bagian yang tidak berhasil dihancurkan oleh tentara Romawi, tetap berdiri dengan keseluruhan panjangnya yang tetap utuh.

Di depan Tembok Ratapan ada suatu lorong dengan jalan berbatu selebar 3,5 meter yang berbatasan dengan daerah hunian kumuh. Tembok yang berada diatas tanah terdiri dari 24 baris batu yang berbeda dan dari zaman yang berbeda pula. Tinggi totalnya mencapai 18 meter (6 meter diatas ketinggian Temple Mount). Tembok Barat ini berdiri diatas 7 lapisan batu yang sangat besar yang menjadi fondasinya, terdiri dari 21 barisan batu di dalam tanah dan 24 barisan batu diatas tanah (catatan: angka 7, 21 (3), dan 24 (6) memiliki nilai religius tersendiri secara tradisi Yahudi). Bagian tembok yang diatas terdiri dari empat barisan yang lebih kecil yang berasal dari periode zaman Romawi dan Byzantium. Bagian-bagian tertentu di bagian atas merupakan konstruksi tambahan/perbaikan dari zaman pendudukan Islam sampai abad 13. Untuk mengimbangi tekanan

Tuesday, May 28, 2013

Cara Mengatasi Kekuatiran

Setiap manusia yang hidup, baik itu anak-anak, orang tua pasti memiliki masalah yang berbeda-beda. Tidak dapat dipungkiri bahwa seringkali masalah atau tantangan hidup tersebut mengakibatkan kekuatiran, ketakutan dan kecemasan. Memang kita tidak bisa mengelak dari “momok’ yang bernama masalah, tetapi ternyata ada solusi yang Yesus tawarkan agar kita tidak lagi kuatir, takut dan cemas dalam mengahdapi setiap masalah.


Dalam Injil Matius 6:25-34, dibahas mengenai kekuatiran, dalam bagian tersebut yang merupakan khotbah Yesus sendiri pada waktu itu, Yesus menekankan untuk tidak kuatir tentang apapun juga. Sebanyak empat kali Yesus berkata, “Janganlah kamu kuatir....” (ayat 25 dua kali, ayat 31, ayat 34), hal ini menunjukkan bahwa Yesus begitu menaruh perhatian terhadap hal kekuatiran. Yesus tahu persis bahwa kecenderungan manusia akan gampang untuk menjadi kuatir bahkan takut dan cemas. Kuatir adalah sikap gelisah, cemas dan takut terhadap susuatu yang belum terjadi secara pasti. Jadi orang yang kuatir sama halnya orang yang mencemaskan sesuatu yang belum pasti akan terjadi, makanya kekutairan diibaratkan membuka payung sebelum ada hujan. Belum pasti apa yang kita kuatirkan atau cemaskan itu yang akan terjadi, Seneca berkata: “kita lebih banyak menderita oleh khayalan daripada oleh kenyataan.”

Kata “janganlah” artinya sebuah larangan keras, artinya Yesus melarang dengan keras untuk kita kuatir, setiap larangan pasti ada alasannya. Sebagai contoh, kenapa ada larangan mengaktifkan HP dan barang-barang elektronik dalam pesawat terbang? karena dapat mengganggu sistim navigasi pesawat yang berkibat kecelakaan jika dilanggar, kenapa ada larangan merokok di area SPBU? karena dapat menyebabkan kebakaran dan bahkan meledak. Demikian juga kenapa Yesus melarang kuatir? inilah yang menjadi alasannya:
1.    Adanya jaminan pemeliharaan Bapa (ayat 32, Rm 8:28). Kita harus menyadari bahwa Tuhan telah mengadopsi kita menjadi anak-anak-Nya, dan Dia menjadi Bapa kita. Sebagai anak, tidak mungkin Bapa membeiarkan kita untuk menanggung atau mengahadapi masalah seorang diri. Dan sebagai Bapa yang baik, Ia pasti akan memberikan segala hala yang terbaik (Mat 7:11). Dia berjanji akan memelihara dan menyertai kita selamanya, jadi apa yang perlu kita takutkan dan kuatirkan lagi?
2.    Kekuatiran adalah musuh iman. Ketika Yesus menyuruh para murid untuk mendahului-Nya ke seberang dengan menggunkan perahu, sementara Yesus sendirian untuk berdoa di sebuah bukit. Para murid mengahadapi masalah karena gelombang akibat angin sakal, maka saat itulah Yesus datang berjalan di atas air hendak menghampiri mereka, tetapi murid-murid mengira hantu. Kekuatiran dan kecemasan membuat kita tidak lagi bisa melihat kemahakuasaan Allah atau mengkerdilkan kuasa Tuhan. Ketika Petrus melihat Yesus dan memohon untuk menghampiri Yesus dengan berjalan di atas air, dan akhirnya karena fokus Petrus hanya pada Yesus saat itu dan imannya mulai bangkit, maka iapun bisa berjalan di atas air, tetapi setelah beberapa langkah, dia mulai dihinggapi kekuatiran dan ketakutan, akibatnya imannya lemah dan hampir saja tenggelam (Mat 14:22-32). Kenapa Yesus melarang kuatir? karena kekuatiran hanya akan melemahkan iman kita.

Tuesday, May 21, 2013

Atas dasar apakah Tuhan memilih Abraham?


Abraham menjadi tokoh yang sangat populer dan diklaim sebagai Bapa orang Yahudi, Muslim dan Kristen. Tidaklah berlebihan jika disebut sebagai Bapa segala bangsa karena memang dari keturunnyalah lahir bangsa-bangsa di dunia. Ada banyak manusia di bumi pada waktu itu, tetapi kenapa justru Abraham yang dipilih oleh Allah? untuk menjawab pertanyaan ini, penting untuk menelusuri awal kisah kehidupan Abraham dalam Alkitab. Dalam Kejadian 11:27-32 dijelaskan bahwa Abram merupakan anak dari Terah dan menetap di tanah Ur-Kasdim (bagian timur Irak), mereka adalah keluarga penyembah allah lain atau berhala sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang lain yang ada di Ur-Kasdim (Yosua 24:2). David F. Hison menjelaskan, bahwa penduduk Ur dan Haran ternyata menyembah dewa yang sama, yaitu dewa bulan, yang mereka sebut Sin[1].
Jika dilihat dalam kejadian 12:1 dimulai dengan kata “Berfirmanlah Tuhan kepada Abram....”, dalam hal ini perkataan yang keluar dari mulut Allah.(bnd Kej 1:3, 6,9,11,14,20)[2]. Kita tidak tahu bagaimana Tuhan berkomunikasi dengan Abraham dan Alkitab juga tidak menjelaskan. Apakah melalui malaikatNya? Apakah melalui mimpi? Apakah dia mendengar audible voice?.

Susana Annesley


Ibu Kristen sejati”

Anak bungsu dari 25 bersaudara ini lahir pada 20 Januari 1669 di Inggris, Susana Annesley adalah putri dari pasangan Dr. Samuel Annesley dan Mary White. Walapun Susana tidak tidak pernah memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal, karena pada saat itu Inggris hanya menyediakan sekolah bagi anak laki-laki, namun dengan penuh ketekunan Ia belajar di perpustakaan pribadi milik ayahnya, Ia belajar dibawah bimbingan orang tuanya.

Dibesarkan dalam kelurga pendeta

Sebagai seorang pendeta, ayah susana selalu menekankan tentang pendidikan iman dan mendorong anak-anaknya untuk mempelajari Alkitab. Didikan sang ayah membuahkan hasil, disamping memang Susana merupakan anak bungsu yang dianggap paling cantik parasnya , ia juga dianggap lebih cerdas dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Pada saat berusia 13 tahun, ia sudah bisa membaca dalam tiga bahasa yang cukup penting yakni bahasa Ibrani (bahasa Perjanjian Lama), bahasa Yunani (bahasa Perjanjian Baru) dan Bahasa Latin (bahasa Alkitab Septuaginta). Dan yang lebih luar biasa dari Susana, ia mampu beragumentasi dan berdebat tentang topik-topik teologi dengan ayahnya yang merupakan seorang pendeta.  Tentunya semua ini tidak terlepas dari kegemarannya membaca koleksi buku-buku ayahnya dan juga tentu tidak terlepas dari sistem pendididkan yang diterapkan sang ayah semasa mereka masih kecil dan dukungan dari kakak-kakaknya. Pendeta Dr. Samuel Annesley selalu mendorong anak-anaknya untuk belajar bebas mengutarakan pendapat dalam segala hal.

Dididik Agar Terdidik


Ibrani 12:5-7

Temen-temen yang masih sekolah pasti nggak asing dengan kata “didikan”, karena tujuan kita sekolah adalah menerima pendidikan yang bagus untuk masa depan. Nah, ada banyak macam didikan yang kita terima, baik itu di sekolah oleh Bapak atau Ibu guru, di rumah oleh orang tua, di gereja oleh guru sekolah minggu atau kakak-kakak mentor, tapi yang lebih penting yaitu menerima didikan dari Tuhan.

Didikan merupakan proses pembelajaran, nggak ada kan manusia yang sempurna?, makanya setiap manusia perlu menerima didikan agar menjadi lebih baik lagi. Buktinya, kalo sampai sekarang kita bisa ngomong dengan jelas, bisa baca, tulis, main komputer itu karena ada yang mendidik atau yang ngajarin kita sejak masih kecil dulu. Coba bayangin, waktu kita lahir sampai gede nggak ada yang ajarin ngomong, nggak ada yang didik kita tentang tata krama, maka mungkin jadinya seperti Tarzan.

So..Tuhan juga senang mendidik kita, memang bagi banyak orang didikan Tuhan itu terasa sakit, berat dan nggak enak banget, tapi kita diingatkan melalui ayat di atas untuk tidak putus asa dan tidak menganggap enteng atau merehkan didikan Tuhan. Ada tiga tujuan Tuhan mendidik kita:
1.     Untuk memperingatkan kita (ayat 5c), mungkin ada hal-hal yang nggak berkenan di hati Tuhan atau kita telah melakukan kesalahan, makanya melalui didikan Tuhan, menyadarkan kita supaya kembali bertobat dan hidup benar.
2.    Bukti Tuhan mengasihi kita (ayat 6a), seorang anak yang nakal, nggak nurut sama orang tua dan bandel pasti dapat hadiah cubit atau pukulan dari ortu kita, itu bukan artinya orang tua nggak sayang, tetapi justru karena kita di sayang sama mereka supaya nantinya nggak bandel lagi dan jadi anak yang baik. Tuhan tahu apa yang terbaik dan sangat mengasihi kita, makanya Dia mendidik dan menghajar kita (Wahyu 3:19)
3.    Karena kita adalah anakNya (ayat 6b). Sebagai anak yang dikasihiNya, Tuhan akan terus mengingatkan, menegor dan mendidik kita.

Jika hari ini Tuhan sedang mendidik kita, terima itu dan jangan berontak, karena Tuhan tahu yang terbaik untuk anak-anakNya.


Didikan seperti emas, menjadi sangat berharga dan mahal setelah melalui proses”

Pdt. DR. Petrus Octavianus, DD, Ph.D


Pdt. Petrus Octavianus merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara, yang dilahirkan pada 29 Desember 1928 di Desa Laes, Kecamatan Rote Barat Daya, Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Seorang  anak petani miskin ini sejak awal sudah akrab dengan derita, belum genap usia dua tahun ayahnya sudah meninggal. Derita yang dialami Pak Octav, begitu panggilan akrabnya, tidak membuatnya putus asa tetapi justru memacu semangatnya untuk terus maju dan berjuang.

Perjalan Panjang
Panjang jalan berliku harus ditempuh sebelum Pak Octav berkarya di Batu, setelah diasuh seorang kerabatnya, Pak Octav bisa masuk sekolah dasar, kemudian secara meloncat-loncat, sekolah di Kupang dan akhirnya terdampar di Surabaya. Sambil sekolah di Sekolah Guru Atas Surabaya, Pak Octav juga mengumpulkan kaleng bekas, dibersihkan untuk dijual sebagai biaya hidup.
Berkat kegigihan dan ketekunannya serta oleh anugerah Tuhan, maka  ia  mendirikan Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) di Jalan Trunojoyo, Batu pada 4 Maret 1961, yang kemudian disahkan PN Malang, pada 13 September 1969. Saat itu pun, tak banyak orang yang percaya bahwa di tanah gersang dan hanya ada rumah berdinding gedeg (bambu) tempat keluarga Pak Octavianus tinggal dan melayani akan hadir sebuah yayasan Kristen yang memiliki cakupan pelayanan begitu luas seperti saat ini, dan berbagai lembaga pendidikan/latihannya melahirkan ratusan kader, penginjil dan petugas yang termotivasi oleh semangat tinggi seorang Petrus Octavianus.

Semakin Melejit
Ketekunan doa dan perkenanan Tuhan membuat anak yatim asal Rote tersebut berhasil menapak ke atas, meraih gelar Doctor of Divinity dari Biola University di Los Angeles, AS, tahun 1980, serta Doctor of Philosophy dari Kennedy Western University, Wyoming, AS, tahun 1999. Segudang pengalaman dan karir baik dalam pelayanan di dalam negeri maupun luar negeri patut kita berikan apresiasi yang tinggi. Disamping sebagai founder dari YPII Batu, beliau juga sebagi ketua pendiri Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) yang dahulu bernama PII serta pendiri Gereja Misi Injili Indonesia (GMII) sebelumnya bernama Gereja Pekabaran Injil Indonesia (GPII). Pak Octav juga sering disebut sebagai tokoh Kristen dan peletak dasar gerakan Injili dan kekristenan modern di Indonesia.

Pelayanan Pak Octav telah diterima secara luas di Indonesia, sehingga tanggal 29 Juni 2000, Presiden Republik Indonesia: Bapak KH Abdurrahman Wahid beserta isteri dan rombongan para pejabat Pemerintah berkunjung di kediamannya di Batu, Jawa Timur. Dalam pidatonya Gus Dur mengatakan: "Saya baru pertama kali ini datang kemari, walaupun sudah lama mendengar apa yang dikerjakan oleh Pak Octavianus. Beliau merupakan contoh dari orang yang berjuang untuk kepentingan sesama melalui agamanya."

Petrus Octavianus pernah menjadi politikus, pimpinan Parkindo, tetapi akhirnya meninggalkan semua itu untuk sepenuhnya bekerja di ladang Tuhan dengan menjadi pendeta. Pengalaman sebagai pendeta membawanya mengembara melayani umat di lebih dari 85 negara di lima benua, ia pernah ditahan 10 hari di China karena berceramah tanpa izin.
Pendeta Octavianus punya hubungan yang dekat dengan Amerika Serikat, selain bersahabat dengan Billy Graham, seorang penginjil tingkat dunia,  juga pernah diundang makan Presiden Jimmy Carter pada acara peringatan 200 tahun kemerdekaan Amerika Serikat, Pak Octav termasuk segelintir orang di Indonesia yang mempunyai hotline dengan White House. Kedekatan dengan AS juga terbukti bahwa sejak tahun 1987 Sampai saat pemerintahan Presiden George W Bush, beliau selalu diundang menghadiri acara National Prayer Breakfast (NPB). NPB adalah suatu acara yang secara reguler diadakan pemerintah AS yang menghadirkan para tokoh politik dan rohaniawan..


Seorang ayah yang menjadi teladan
Dari lembaga pelatihan dan pendidikan yang didirikannya telah melahirkan anak-anak rohani yang berkarya dan menempati posisi atau jabatan strategis di masyarakat. Gaya hidup yang sederhana, tidak mudah menyerah dan penuh ketekunan memberikan teladan bagi anak-anak rohaninya dan juga delapan anaknya, buah pernikahan Pak Octav dengan Ibu Henriene Mone, yang semuanya sudah menjadi sarjana dalam beragam disiplin ilmu.
Dia adalah suami dan ayah yang patut dipanut, dihormati dan dikasihi, karena mencintai dan mengasihi keluarganya. Sebab, meskipun seperti dikisahkan dalam otobiografinya Hidupku untuk Tuhan dan Sesama, Petrus Octovianus selalu pergi dan berada di tengah-tengah mereka yang dilayani, tetapi dia tetap seorang ayah bagi putra-putrinya dan suami terkasih bagi istrinya dengan memberikan perhatian dan kasihnya.

Pemimpin yang Futurolog
Kegemaran mengajar mengantarnya menjadi penulis buku yang sangat produktif. Sudah banyak buku berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang dia tulis mengenai agama, kehidupan masyarakat, manajemen, dan pemerintahan. Dalam buku yang bertajuk "Menuju Indonesia Jaya (2005-2030) dan Indonesia Adidaya (2030-2055)” Jilid I-III yang berisi Solusi Masalah Bangsa Indonesia dan Benang Merah Pembangunan, diawali dengan sebuah visi dan mimpi yang besar bahwa bangsa indonesia akan menjadi bangsa yang jaya bahkan adidaya. Buku jilid I hanya diselesaikan hanya dalam 45 hari. Sebagai seorang pelayan Tuhan “berkaliber” internasional, Pendeta Petrus Octavianus meyakini apa yang ia imani itu akan menjadi kenyataan. “Tuhan banyak memberikan visi kepada saya. Dan visi Tuhan itu selalu saya imani dan tidak pernah salah,” katanya.

Berjalan dalam visi dan iman mengantarkan kesuksesan bagi Pak Octav, walaupun memliki segudang alasan untuk menyerah dengan keadaan, untuk hanya meratapi penderitaannya, tetapi tidak dipilih oleh tokoh Injili ini, dia memilih untuk bangkit dan menatap jauh ke depan, dengan mimpi-mimpi yang besar. Sungguh merupakan seorang pemimpin yang tidak mudah tergoncangkan!

Monday, May 20, 2013

PENDEKATAN KONTEKSTUALISASI TERHADAP AGAMA HINDU

1. Latar belakang agama Hindu
Agama Hindu merupakan agama yang mempunyai usia tertua dan merupakan agama yang pertama kali dikenal oleh manusia. Agama Hindu mengajarkan banyak hal, baik ilmu yang berhubungan dengan dunia rohani maupun dunia material. Ajaran Hindu sangat luas , mulai dari hal yang sederhana hingga yang rumit yang sulit dijangkau oleh pikiran biasa.
Bagi masyarakat Hindu, agama Hindu dikenal dengan nama Sanatana Dharma ( kebenaran yang abadi ) namun orang umum menyebutnya sebagai Hindu karena agama ini berasal dari lembah sungai Shindu. “Kata Hindu pertama kali digunakan oleh orang Persia dan kemudian dipopulerkan pada masa penjajahan Inggris” (Wage Rahardjo , 2011). Namun yang jelas didalam Weda agama Hindu disebut dengan nama Sanatana Dharma.
Meskipun Hindu dianggap sebagai agama yang beraliran politeisme karena memuja banyak Dewa, namun sebetulnya Hindu menganut monoteisme, karena percaya kepada Tuhan yang maha esa yaitu Brahman, yang memanifestasikan diri-Nya kepada manusia dalam bentuk dewa-dewa. Hindu meyakini bahwa Dewa adalah makhluk suci, makhluk supernatural, penghuni surga, setara dengan malaikat, dan merupakan manifestasi dari Tuhan Yang Maha Esa. Kata “dewa” berasal dari kata “div” yang berarti “bersinar”. Dalam kitab suci Reg Weda, Weda yang pertama, disebutkan adanya 33 Dewa, yang mana ketiga puluh tiga Dewa tersebut merupakan manifestasi dari kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Di antara Dewa-Dewi dalam agama Hindu, yang paling terkenal sebagai suatu konsep adalah:Brahmā, Wisnu, Çiwa. Mereka disebut Trimurti. Beberapa Dewa dan Dewi dalam agama Hindu, antara lain:
§  Agni (Dewa api)
§  Aswin kembar (Dewa pengobatan, putera Dewa Surya)
§  Brahma (Dewa pencipta, Dewa pengetahuan, dan kebijaksanaan)
§  Chandra (Dewa bulan)
§  Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Siva)
§  Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa kebijaksanaan, putera Dewa Siva)
§  Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja surga)
§  Kuwera / Kubera (Dewa kekayaan)
§  Laksmi (Dewi kemakmuran, Dewi kesuburan, istri Dewa Visnu)
§  Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Dewa Brahmā)
§  Shiwa (Dewa pelebur)
§  Sri (Dewi pangan)
§  Surya (Dewa matahari)
§  Waruna (Dewa air, Dewa laut dan samudra)
§  Wayu / Bayu (Dewa angin)
§  Wisnu (Dewa pemelihara, Dewa air)
§  Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang mengadili roh orang mati)
Di Indonesia, masyarakat penganut agama Hindu banyak terdapat di Bali, Tengger, selain itu juga yang tersebar di pulau Jawa,Lombok, Kalimantan (Suku Dayak Kaharingan), Sulawesi (Toraja dan Bugis - Sidrap)

2. Keyakinan dan kepercayaan agama Hindu
Ada lima keyakinan dan kepercayaan dalam agama Hindu, yang disebut dengan Pancasradha, yaitu keyakinan dasar umat Hindu:
1.      Widhi Tattwa - percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan segala aspeknya
2.      Atma Tattwa - percaya dengan adanya jiwa dalam setiap makhluk
3.      Karmaphala Tattwa - percaya dengan adanya hukum sebab-akibat dalam setiap perbuatan
4.      Punarbhava Tattwa - percaya dengan adanya proses kelahiran kembali (reinkarnasi)
5.      Moksa Tattwa - percaya bahwa kebahagiaan tertinggi merupakan tujuan akhir manusia
Orang Hindu memiliki pemahaman bahwa kehidupan terpusat pada hubungan antara badan dengan jiwa atau atman, badan adalah milik dunia, sedangkan jiwa atau atman adalah bagian dari realitas roh Brahman. Ada tiga hal yang ditekankan oleh agama Hindu mengenai kehidupan:
§  Samsara, artinya mengembara, menunnjuk kepada pengembaraan jiwa yang dan tubuh yang satu ke tubuh yang lain, dari masa kehidupan yang satu, ke masa kehidupan yang lain.
§  Karma, mereka percaya bahwa karma yang menumpuk dalam kehidupan sebelumnya pindah ke masa kini dan sangat memnentukan wujud kelahiran jiwa kembali.
§  Moskha, adalah akhir dari samsara atau pengembaraan jiwa dan merupakan tujuan setiap orang Hindu
Pembagian manusiadalam masyarakat agama Hindu:
§  Warna Brahmana, para pekerja di bidang spiritual ; sulinggih, pandita dan rohaniawan.
§  Warna Ksatria, para kepala dan anggota lembaga pemerintahan.
§  Warna Waisya, para pekerja di bidang ekonomi
§  Warna Sudra, para pekerja yang mempunyai tugas melayani/membantu ketiga warna di atas
Sedangkan di luar sistem Catur Warna tersebut, ada pula istilah :
§  Kaum Paria, Golongan orang terbuang yang dianggap hina karena telah melakukan suatu kesalahan besar
§  Kaum Candala, Golongan orang yang berasal dari Perkawinan Antar Warna

3. Inti ajaran Hindu
Inti ajaran Hindu terkonsep dalam “Tiga Kerangka Dasar” dan “Panca Sradha”. Tiga kerangka dasar tersebut terdiri dari Tattwa (Filsafat) Susila (Etika) Upacara (Yadnya).
Tattwa  – Ajaran Hindu kaya akan Tattwa atau dalam ilmu modern disebut filsafat , secara khusus filsafat disebut Darsana. Dalam perkembangan agama Hindu atau kebudayaan veda terdapat Sembilan cabang filsafat yang disebut Nawa Darsana. Pada masa Upanishad , akhirnya filsafat dalam kebudayaan veda dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu astika (kelompok yang mengakui veda sebagai ajaran tertinggi) dan nastika ( kelompok yang tidak mengakui Veda ajaran tertinggi ). Terdapat enam cabang filsafat yang mengakui veda yang disebut Sad Darsana (Saṁkhya, Yoga, Mimamsa, Nyaya, Vaisiseka, dan Vedanta ) dan tiga cabang filsafat yang menentang veda yaitu Jaina, Carvaka dan Budha (agama Budha).
Susila – Secara harfiah susila diartikan sebagai etika . hal-hal yang tekandung yang dikelompokan kedalam susila memuat tata aturan kehidupan bermasyarakat yang pada intinya membahas perihal hukum agama. Mulai dari hukum dalam kehidupan sehari-sehari hingga hukum pidana ( Kantaka Sodhana ) dan hukum perdata ( Dharmasthiya ).
Upacara – Yang dimaksud upacara dalam agama Hindu adalah ritual keagamaan , sarana ritual keagamaan disebut Upakara , upakara di Bali disebut Banten. Upacara ini dapat dikelompok kedalam beberapa bentuk korban suci ( Yajna ) yang disebut Panca Yadnya ( Panca Maha Yadnya ). Ada banyak jenis panca Yadnya tergantung dari kitab mana uraian dari panca yadnya tersebut, artinya meskipun Panca Yadnya sama-sama terdiri dari lima jenis yadnya namun bagian-bagian yang disebutkan berbeda-beda masing – masing uraian kitab suci Smrti.
Selain tiga kerangka dasar agama Hindu, ajaran hindu berlandaskan pada lima keyakinan yang disebut Panca Sradha ( lima dasar keyakinan umat Hindu ) yang melitputi : Widhi Tattwa, keyakinan terhadap Tuhan (Brahman). Atma Tattwa, keyakinan terhadap Atman (Roh). Karmaphala Tattwa, keyakinan pada Karmaphala (hukum sebab-akibat). Punarbawa Tattwa, keyakinan pada kelahiran kembali (reinkarnasi) dan Moksa Tattwa, keyakinan akan bersatunya Atman dengan Brahman.
Dalam hubungan bermasyarakat, agama Hindu menekankan ajarannya tentang:
§  Keselarasan dan Toleransi Universal
     Salah satu ajaran agama Hindu yang paling agung pada umat manusia adalah sikap toleransi keagamaan dan keselarasan yang universal. Dalam kitab Weda dalam salah satu baitnya memuat kalimat berikut:
                      Sanskerta: एकम् सत् विप्राबहुधा वदन्ति
                      Alihaksara: Ekam Sat Vipraaha Bahudhaa Vadanti
   yang artinya: "Hanya ada satu kebenaran tetapi para orang pandai menyebut-Nya dengan banyak nama." — Rg Weda (Buku I, Gita CLXIV, Bait 46)

   Dalam berbagai pustaka suci Hindu, banyak terdapat sloka-sloka yang mencerminkan toleransi dan sikap yang adil oleh Tuhan. Umat Hindu menghormati kebenaran dari mana pun datangnya dan menganggap bahwa semua agama bertujuan sama, yaitu menuju Tuhan, namun dengan berbagai sudut pandang dan cara pelaksanaan yang berbeda. Hal itu diuraikan dalam kitab suci mereka sebagai berikut:
         samo ‘haṁ sarva-bhūteṣu na me dveṣyo ‘sti na priyah ye bhajanti tu māṁ bhaktyā 
         mayi te teṣu cāpy    aham (Bhagawadgita, IX:29)
    Artinya: Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua  makhluk. Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang paling Aku kasihi. Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada-Ku dan Aku bersamanya pula

                      Yo yo yām yām tanum bhaktah śraddhayārcitum icchati, tasya tasyācalām                          śraddhām tām eva vidadhāmy aham (Bhagawadgita, 7:21)
    Artinya: Kepercayaan apapun yang ingin dipeluk seseorang, Aku perlakukan mereka sama dan Ku-berikan berkah yang setimpal supaya ia lebih mantap

§  Tanpa Kekerasan
    Pandangan dalam agama Hindu yang memegang teguh doktrin tanpa kekerasan (ahimsa) terhadap semua bentuk kehidupan adalah suatu prasyarat bagi keberadaan yang universal. Sebuah pandangan universal terhadap manusia yang disusun oleh para Rsi Hindu ketika mereka menyatakan : "Vasudaiva kutumbakam", atau "Semua manusia adalah satu keluarga". Bhagawan Kresna menyatakan, tertera dalam Bhagawad Gita VI.30: "Ia yang melihatKu (Tuhan) dalam semua makhluk hidup dan semua makhluk hidup dalam diriKu, darinya Aku tidak akan pernah hilang, atau tidak akan pernah pergi dariKu". Karena alasan inilah semua agama atau setiap ras di India telah menemukan sebuah fundamen yang permanen. Mahatma Gandhi adalah pelopor ahimsa yang paling terkenal, sebelumnya doktrin ini telah diterapkan dalam kegiatan manusia yang bersifat keagamaan. Konsep ahimsa Gandhi didasarkan pada kepercayaannya bahwa Kebenaran dan ahimsa adalah dua sisi yang sama dari sebuah koin. Ia menulis di dalam sebuah media Young India pada tahun 1925, yang menyatakan "Ahimsa adalah Tuhanku, Kebenaran adalah Tuhanku. Ketika aku mencari ahimsa, Kebenaran mengatakan 'temukanlah ahimsa melaluiku'. Ketika aku mencari Kebenaran, ahimsa mengatakan 'temukanlah kebenaran melalui diriku'!". Dengan kesuksesan membimbing perjuangan kebebasan India melawan Inggris melalui anti kekerasan, Mahatma Gandhi menunjukkan pada rakyatnya pertalian yang tidak terpisahkan dengan jalan anti kekerasan yang lebih kuat daripada sebuah bangunan istana besar yang memiliki pasukan dan prajurit yang lebih banyak.

4. Pendekatan Kontekstualisasi kepada penganut Hindu
§  Melalui persahabatan, umumnya penganut Hindu sangat terbuka untuk bergaul dengan kelompok atau kepercayaan apapun, karena mereka menjujung tinggi toleransi universal.
§  Penganut Hindu umumnya sangat memegang teguh adat dan budaya (Bali, tengger) yang telah diwariskan turun temurun. Menginjili orang-orang Hindu seperti ini tidak bisa serta merta kita harus memaksa mereka untuk langsung meninggalkan adat-istiadat yang selama ini mereka pegang.
§  Sebagian kecil masyarakat Bali menunjukkan ketidakpuasan terhadap sistem adat dan agama. Selain itu, kelompok - kelompok yang ada di masyarakat memperlihatkan kepekaan yang berbeda terhadap doktrin keagamaan tertentu. Aturan adat yang kaku serta tidak adanya kelonggaran bagi anggota masyarakat untuk menjalankan ajaran agama menjadi keluhan yang belum terjawab selama ini bisa dipakai untuk mulai menginjili mereka melalui sisi ini.
§  Perkawinan seringkali menimbulkan terjadinya konversi agama. Wanita Bali yang kawin dengan pria Kristen sebagian besar akan mengikuti agama suami karena sistem patrialistik dari masyarakat Bali. Namun tidak sedikit justru pria Hindu yang mengikuti agama calon istrinya. Selain itu, urutan kelahiran dalam keluarga sangat berpengaruh. Di mana anak laki-laki yang bukan merupakan pewaris keluarga lebih mudah untuk beralih agama karena tidak terikat tanggung jawab dalam keluarganya. Juga mereka bukan penanggung jawab utama baik dalam melakukan pengabenan bagi orang tuanya maupun mengurus sanggah dan warisan keluarga.
§  Adanya perbedaan kasta dalam masyarakat Hindu, sehingga kasta yang rendah seringkali terhiarukan dan agak mudah untuk mulai menjangkau kasta ini.



Kepustakaan:
Keene, Micael. 2006. Agama-agama Dunia. Yogyakarta: Kanisius
Honig, A.G. Jr. 2005. Ilmu Agama. Cetakan ke 11. Diterjemahkan oleh: M.D. Koesoemosoesastro dan soegiarto. Jakarta: BPK Gunung Mulia
http://hinduisme-07.blogspot.com, diakses pada 18 April 2013
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu, diakses pada 18 April 2013
http://filsafat.kompasiana.com, diakses pada 18 April 2013

Tuesday, May 14, 2013

Kidung Agung


Kidung Agung dalam bahasa Ibrani disebut שיר השירים (Syir-hasy-syirim) atau Song of Songs dalam bahasa Inggris, secara harafiah berarti kidung dari antara kidung, kidung pilihan, kidung terbaik, paling indah[1]. Kitab ini dianggap sebagai nyanyian pernikahan yang terbaik yang pernah digubah. Nama kitab ini diambil dari ayat pertama”Kidung Agung dari Salomo”.
Kitab Kidung Agung merupakan yang pertama dari lima gulungan (meggilot) dalam kanon Ibrani yang digunakan dalam perayaan-perayaan hari raya Yahudi, Kidung Agung sendiri biasanya dibaca pada saat hari raya pasakah. Kitab ini ditulis oleh Salomo sekitar tahun 960 SM.

Ciri-ciri khas Kidung Agung
Kidung Agung merupakan sebuah kitab yang unik karena berisisi syair cinta[2], selain itu ada beberapa ciri menarik lainnya dari kitab ini yang berbeda dengan dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab, diantaranya:
  1. Merupakan satu-satunya kitab dalam Alkitab yang khusus membahas kasih unik di antara dua orang mempelai. Seluruh kitab ini melukiskan masa bercumbu-cumbuan dan kasih pernikahan, khususnya kebahagiaan orang yang baru menikah.
  2. Kitab ini merupakan karya sastra akbar yang penuh dengan kiasan sensual yang sopan, terutama diambil dari alam. Aneka metafora dan bahasa deskriptif melukiskan perasaan, kuasa, dan keindahan dari kasih pernikahan yang romantis, yang dipandang murni dan suci pada zaman Alkitab.
  3. Kitab ini termasuk salah satu dari sejumlah kecil kitab PL yang tidak dikutip atau disinggung dalam PB.
  4. Merupakan satu dari dua kitab (bd. kitab Ester) PL yang tidak secara jelas menyebutkan Allah (sekalipun beberapa naskah berisi petunjuk kepada "Tuhan" dalam Kid 8:6).
Kidung Agung ditafsirkan sebagai sebuah representasi kiasan dari hubungan Allah dengan Israel atau dengan orang Kristen atau dengan Gereja, atau Kristus dengan jiwa manusia, yang sangat intim sehingga diibaratkan seperti hubungan perkawinan[3].

Kanonisitas
Telah menjadi perdebatan dan pertanyaan besar sejak dahulu, kenapa kitab Kidung asmara seperti ini bisa masuk ke dalam Perjanjian Lama?. Meskipun Kitab ini dianggap Kontroversial oleh karena keunikan isinya yang dianggap membicarakan hal-hal yang bersifat erotis dan tabu yang di pandang tidak seharusnya masuk ke dalam kanon Alkitab, sehingga hampir jarang dikhotbahkan oleh beberapa hamba Tuhan. Namun ternyata Kidung Agung telah terlebih dahulu dimasukkan dalam Kanon Yahudi, kitab Kidung Agung dimasukkan dalam Tanakh Ibrani (Kitab suci Yahudi). Selain itu juga masuk dalam Septuaginta (terjemahan Tanakh dalam bahasa Yunani). Septuaginta lebih tua 7 abad dari pada konsili Nicea yang menghasilkan Kanon Alkitab.

Bukan tanpa adanya penolakkan oleh kaum Yahudi untuk memasukkan kitab Kidung Agung ke dalam Kanon mereka, tetapi dipenuhi dengan pertentangan. Kitab ini memang tidak secara langsung diterima ke dalam kanon Yahudi, seperti nampak secara tidak langsung dalam Misyna, “Seluruh dunia tidak ada nilainya bila dibandingkan dengan hari pada waktu Kidung Agung diberikan kepada Israel, semua kitab-kitab adalah kudus, dan Kidung Agung adalah yang maha kudus (Misyna Yadim 3:5)[4].


Sastra dalam Kidung Agung
Susunan dalam kitab Kidung Agung memang tidak mudah dikenali, ayat-ayatnya sering diulang kembali. Pembagian dalam kitab ini tidak didasarkan atas pikiran sistematis, melainkan oleh irama kidung sendiri[5]. Kitab Kidung Agung bukanlah tulisan himat, karena bentuknya yang menonjol adalah puisi cinta, bukan pengajaran atau perdebatan. Bentuk-bentuk lain yang ada dalam kitab ini, antara lain:
1.    Rumusan sumpah (Kid 2:7, 3:5, 5:8, 8:4), memperlihatkan betapa kuatnya teman-teman sang gadis mendukung penyerahan dirinya dan betapa sungguh-sungguh ia ingin bebas bersama-sama dengan kekasihnya tanpa diganngu.
2.    Nyanyian menggoda (Kid. 1:7-8) yang mengkap senda gurau antara dua kekasih yang ingin bersama-sama
3.    Nyanyian kebanggaaan (Kid. 6:8-10, 8:11), yang mengungkapkan kesukaan sang kekasih terhadap keuinikan gadisnya, kesukaan yang juga dirasakan oleh teman-teman yang bersama-sama memujinya.
4.    Ajakan untuk bercinta (Kid. 2:5, 4:16, 7:11-13, 8:14), yang diajukan oleh sang gadis, biasanya dalam bentuk perintah.

Ada beberapa tafsir yang dipakai untuk bisa memahami Kidung Agung, diantaranya:
a.    Tafsir Alegoris, dimana seluruh arti dan maksud teks bukan terletak pada kalimat-kalimat hurufiah didalamnya tetapi pada arti rohani yang dikandungnya.
b.    Tafsir Tipologis, metode ini berusaha mempertahankan pengertian harafiah puisi itu dengan menekankan tema-tema utama tentang kasih dan pengabdian, bukan tentang rincian kasih itu[6].
c.    Tafsir dramatis, memandang kitab ini sebagai drama yang memuji cinta kasih yang sifatnya lebih dari cinta jasmani saja[7].
Pembagian dalam Kidung Agung
Berdasarkan Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, secara garis besar kitab Kidung agung dibagi dalam beberapa bagian:
I. Syair Pertama: Mempelai Wanita Merindukan Mempelai Laki-Laki (Kid 1:2-2:7)
1.        Kerinduannya Diungkapkan (Kid 1:2-4a)
2.        Dukungan Para Sahabatnya (Kid 1:4b)
3.        Pertanyaannya (Kid 1:5-7)
4.        Nasihat Para Sahabatnya (Kid 1:8)
5.        Mempelai Laki-Laki Tampil dan Berbicara (Kid 1:9-11)
6.        Pernyataan Kasih Sayang di Antara Kedua Mempelai (Kid 1:12-2:7)
II. Syair Kedua: Kedua Kekasih Saling Mencari dan Berjumpa (Kid 2:8-3:5)
1.        Mempelai Wanita Melihat Kedatangan Mempelainya (Kid 2:8-9)
2.        Perkataan Pembukaan Mempelai Laki-Laki (Kid 2:10-15)
3.        Ungkapan Kasih Khusus Mempelai Wanita (Kid 2:16-17)
4.        Mempelai Laki-Laki Hilang dan Ditemukan Kembali (Kid 3:1-5)
III.Syair Ketiga: Iringan Pernikahan (Kid 3:6-5:1)
1.        Mempelai Laki-Laki Mendekati (Kid 3:6-11)
2.        Kasih Mempelai Laki-Laki Kepada Mempelai Wanita (Kid 4:1-15)
3.        Mempelai Wanita dan Mempelai Laki-Laki Bersatu (Kid 4:16-5:1)
IV. Syair Keempat: Mempelai Wanita Takut Kehilangan Kekasihnya (Kid 5:2-6:3)
1.        Mimpi Mempelai Wanita pada Malam Hari (Kid 5:2-7)
2.        Mempelai Wanita dan Para Sahabatnya Membicarakan Mempelai Laki-Laki  (Kid 5:8-16)
3.        Tempat yang Didatangi Mempelai Laki-Laki (Kid 6:1-3)
V. Syair Kelima: Kecantikan Mempelai Wanita (Kid 6:4-8:4)
1.        Penggambaran Mempelai Wanita oleh Mempelai Laki-Laki (Kid 6:4-9)
2.        Mempelai Laki-Laki dan Para Sahabatnya Membicarakan Mempelai Wanita (Kid 6:10-13)
3.        Penggambaran Mempelai Wanita Selanjutnya (Kid 7:1-8)
4.        Kasih Sayang Mempelai Wanita untuk Mempelai Laki-Laki (Kid 7:9-8:4)
VI. Syair Keenam: Puncak Keindahan Kasih (Kid 8:5-14)
1.        Hebatnya Kasih (Kid 8:5-7)
2.        Perluasan Kasih (Kid 8:8-9)
3.        Kepuasan Kasih (Kid 8:10-14)

Komentar pribadi terhadap Kidung Agung
1.        Kitab Kidung Agung mengungkapkan sisi  dari keinginan manusia yang di penuhi dosa untuk membangun kehidupan cinta dan kesetiaan berdasarkan daya tarik fisik, seks dan penampilan lahiriah. Kecenderungan ketidakpuasan terhadap apa yang telah dimiliki terlihat nyata dari gaya bahasa puitisnya yang penuh khayal atau imajinasi yang luar biasa.
2.        Kitab ini memperlihatkan bahwa Salomo adalah pribadi yang sangat lemah dan tidak sanggup mengendalikan diri terhadap segala daya tarik erotis yang merupakan salah satu fokus hidupnya yang terbesar dan yang sekaligus akhirnya menjeratnya.
3.        Menarik untuk memperlajari kitab ini, karena dengan penafsiran yang benar dapat memahami kiasan yang terkandung didalamnya tentang hubungan kasih di antara Allah dengan Israel, atau di antara Kristus dengan gereja, mempelai-Nya.. Juga dapat meberikan pelajaran bermakna dalam kehidupan pernikahan Kristen yang sesuai dengan kehendak Allah.
4.        Kitab yang dipenuhi dengan puitis dan nyanyian romantis ini dapat menyadarkan kita tentang betapa besarnya kasih Allah akan umatNya, serta kerinduan Allah bagi gerejaNya.

Kepustakaan:

1.        Darmawijaya, St, Pr. 2009. Seluk Beluk Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius
2.        http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Kidung_Agung, diakses pada 02 Maret 2013
3.        Lasor, W.S., et.al. 2007, Pengantar Perjanjian Lama 2: Satra dan Nubuat.Jakarta: BPK Gunung Mulia
4.        Lembaga Alkitab Indonesia. 2005. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas


[1] St. Darmawijaya, Pr, Seluk Beluk Kitab Suci, Kanisius, Yogyakarta, 2009, hlm. 264
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Kidung_Agung
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Kidung_Agung
[4] W.S. Lasor, D.A dan Hubard, F.W, Pengantar Perjanjian Lama 2, hlm. 166
[5] St. Darmawijaya, Pr, Op. Cit., hlm. 265
[6] W.S. Lasor, D.A dan Hubard, F.W, Op.Cit., hlm 174
[7] Loc. Cit