Tuesday, May 21, 2013

Pdt. DR. Petrus Octavianus, DD, Ph.D


Pdt. Petrus Octavianus merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara, yang dilahirkan pada 29 Desember 1928 di Desa Laes, Kecamatan Rote Barat Daya, Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur. Seorang  anak petani miskin ini sejak awal sudah akrab dengan derita, belum genap usia dua tahun ayahnya sudah meninggal. Derita yang dialami Pak Octav, begitu panggilan akrabnya, tidak membuatnya putus asa tetapi justru memacu semangatnya untuk terus maju dan berjuang.

Perjalan Panjang
Panjang jalan berliku harus ditempuh sebelum Pak Octav berkarya di Batu, setelah diasuh seorang kerabatnya, Pak Octav bisa masuk sekolah dasar, kemudian secara meloncat-loncat, sekolah di Kupang dan akhirnya terdampar di Surabaya. Sambil sekolah di Sekolah Guru Atas Surabaya, Pak Octav juga mengumpulkan kaleng bekas, dibersihkan untuk dijual sebagai biaya hidup.
Berkat kegigihan dan ketekunannya serta oleh anugerah Tuhan, maka  ia  mendirikan Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) di Jalan Trunojoyo, Batu pada 4 Maret 1961, yang kemudian disahkan PN Malang, pada 13 September 1969. Saat itu pun, tak banyak orang yang percaya bahwa di tanah gersang dan hanya ada rumah berdinding gedeg (bambu) tempat keluarga Pak Octavianus tinggal dan melayani akan hadir sebuah yayasan Kristen yang memiliki cakupan pelayanan begitu luas seperti saat ini, dan berbagai lembaga pendidikan/latihannya melahirkan ratusan kader, penginjil dan petugas yang termotivasi oleh semangat tinggi seorang Petrus Octavianus.

Semakin Melejit
Ketekunan doa dan perkenanan Tuhan membuat anak yatim asal Rote tersebut berhasil menapak ke atas, meraih gelar Doctor of Divinity dari Biola University di Los Angeles, AS, tahun 1980, serta Doctor of Philosophy dari Kennedy Western University, Wyoming, AS, tahun 1999. Segudang pengalaman dan karir baik dalam pelayanan di dalam negeri maupun luar negeri patut kita berikan apresiasi yang tinggi. Disamping sebagai founder dari YPII Batu, beliau juga sebagi ketua pendiri Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII) yang dahulu bernama PII serta pendiri Gereja Misi Injili Indonesia (GMII) sebelumnya bernama Gereja Pekabaran Injil Indonesia (GPII). Pak Octav juga sering disebut sebagai tokoh Kristen dan peletak dasar gerakan Injili dan kekristenan modern di Indonesia.

Pelayanan Pak Octav telah diterima secara luas di Indonesia, sehingga tanggal 29 Juni 2000, Presiden Republik Indonesia: Bapak KH Abdurrahman Wahid beserta isteri dan rombongan para pejabat Pemerintah berkunjung di kediamannya di Batu, Jawa Timur. Dalam pidatonya Gus Dur mengatakan: "Saya baru pertama kali ini datang kemari, walaupun sudah lama mendengar apa yang dikerjakan oleh Pak Octavianus. Beliau merupakan contoh dari orang yang berjuang untuk kepentingan sesama melalui agamanya."

Petrus Octavianus pernah menjadi politikus, pimpinan Parkindo, tetapi akhirnya meninggalkan semua itu untuk sepenuhnya bekerja di ladang Tuhan dengan menjadi pendeta. Pengalaman sebagai pendeta membawanya mengembara melayani umat di lebih dari 85 negara di lima benua, ia pernah ditahan 10 hari di China karena berceramah tanpa izin.
Pendeta Octavianus punya hubungan yang dekat dengan Amerika Serikat, selain bersahabat dengan Billy Graham, seorang penginjil tingkat dunia,  juga pernah diundang makan Presiden Jimmy Carter pada acara peringatan 200 tahun kemerdekaan Amerika Serikat, Pak Octav termasuk segelintir orang di Indonesia yang mempunyai hotline dengan White House. Kedekatan dengan AS juga terbukti bahwa sejak tahun 1987 Sampai saat pemerintahan Presiden George W Bush, beliau selalu diundang menghadiri acara National Prayer Breakfast (NPB). NPB adalah suatu acara yang secara reguler diadakan pemerintah AS yang menghadirkan para tokoh politik dan rohaniawan..


Seorang ayah yang menjadi teladan
Dari lembaga pelatihan dan pendidikan yang didirikannya telah melahirkan anak-anak rohani yang berkarya dan menempati posisi atau jabatan strategis di masyarakat. Gaya hidup yang sederhana, tidak mudah menyerah dan penuh ketekunan memberikan teladan bagi anak-anak rohaninya dan juga delapan anaknya, buah pernikahan Pak Octav dengan Ibu Henriene Mone, yang semuanya sudah menjadi sarjana dalam beragam disiplin ilmu.
Dia adalah suami dan ayah yang patut dipanut, dihormati dan dikasihi, karena mencintai dan mengasihi keluarganya. Sebab, meskipun seperti dikisahkan dalam otobiografinya Hidupku untuk Tuhan dan Sesama, Petrus Octovianus selalu pergi dan berada di tengah-tengah mereka yang dilayani, tetapi dia tetap seorang ayah bagi putra-putrinya dan suami terkasih bagi istrinya dengan memberikan perhatian dan kasihnya.

Pemimpin yang Futurolog
Kegemaran mengajar mengantarnya menjadi penulis buku yang sangat produktif. Sudah banyak buku berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang dia tulis mengenai agama, kehidupan masyarakat, manajemen, dan pemerintahan. Dalam buku yang bertajuk "Menuju Indonesia Jaya (2005-2030) dan Indonesia Adidaya (2030-2055)” Jilid I-III yang berisi Solusi Masalah Bangsa Indonesia dan Benang Merah Pembangunan, diawali dengan sebuah visi dan mimpi yang besar bahwa bangsa indonesia akan menjadi bangsa yang jaya bahkan adidaya. Buku jilid I hanya diselesaikan hanya dalam 45 hari. Sebagai seorang pelayan Tuhan “berkaliber” internasional, Pendeta Petrus Octavianus meyakini apa yang ia imani itu akan menjadi kenyataan. “Tuhan banyak memberikan visi kepada saya. Dan visi Tuhan itu selalu saya imani dan tidak pernah salah,” katanya.

Berjalan dalam visi dan iman mengantarkan kesuksesan bagi Pak Octav, walaupun memliki segudang alasan untuk menyerah dengan keadaan, untuk hanya meratapi penderitaannya, tetapi tidak dipilih oleh tokoh Injili ini, dia memilih untuk bangkit dan menatap jauh ke depan, dengan mimpi-mimpi yang besar. Sungguh merupakan seorang pemimpin yang tidak mudah tergoncangkan!

1 comment:

  1. Pendeta Petrus Octavianus menjadikan pemberitaan injil sebagai dasar pelayanan

    ReplyDelete