Thursday, February 12, 2015

RAHASIA KEMATIAN


Kematian merupakan peristiwa yang tidak bisa dihindari oleh siapapun, bila Tuhan sudah berkendak atasnya, maka tidak ada seorangpun yang berkuasa untuk menahan hari kematian, “Tiada seorangpun berkuasa menahan angin dan tiada seorangpun berkuasa atas hari kematian….” Pkh 8:8a. Jadi kematian bisa dialami oleh siapa saja dan dimana saja, ketika waktunya Tuhan tiba untuk memanggil anak-anak-Nya berpulang ke rumah Bapa di Sorga, “Jikalau Ia menarik kembali Roh-Nya, dan mengembalikan nafas-Nya pada-Nya, maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu” Ayb 34:14-15. Kematian jasmani/fisik terjadi dan dialami oleh semua manusia sebagai akibat dari kutuk dosa manusia pertama, yaitu Adam dan Hawa, “dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu." Kej 3:19, dan dalam kitab Roma juga disebutkan; “Sebab upah dosa ialah maut…. “ Rm 6:23, berarti sehebat dan sekuat apapun manusia, pasti akan mengalami kematian secara fisik.

Namun demikian kematian bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal atau permulaan dari kehidupan yang baru bersama dengan Tuhan di Sorga, “Jawab Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” Yoh 11:25. Itulah sebabnya dalam Mazmur 116:15 di tuliskan, “Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya,” bukan tanpa alasan bila ayat tersebut menjelaskan demikian, sebab memang bagi orang-orang percaya yang telah menerima keselamatan dalam Yesus Kristus, kapanpun mereka meninggal, maka tidak lagi berada dalam hukuman kekal akibat dosa, “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus“ Rm 8:1, tetapi akan memperoleh janji KEPASTIAN keselamatan itu, “dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku” Yoh 10:28, juga ditegaskan kembali dalam Roma 5:9-10.

Inilah penghiburan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya, kematian tidak lagi menjadi momok yang menakutkan, sebab justru melalui kematianlah kita akan berjumpa dengan sang Juru Selamat Agung kita, “Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia” I Tes 4:14. Sungguh luar biasa berada dalam Kristus, karena kehidupan adalah anugerah dan kematian adalah keuntungan, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan” Flp 1:21, oleh karena itu bila Tuhan masih memberi kesempatan kepada kita untuk hidup sampai saat ini, pergunakan setiap waktu dengan baik, dan hiduplah sesuai dengan kehendak-Nya, dan bila diantara sanak keluarga kita ada yang dipanggil Tuhan mendahului kita, itu merupakan keuntungan baginya, sebab Tuhan telah izinkan untuk beristirahat dari jerih lelah kehidupan ini. Wahyu 14:13, Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka."


TUHAN DI SEGALA MUSIM

Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam Kej 8:22


Bumi yang kita diami dengan segala ketarturan di dalamnya, telah ditentukan oleh Allah untuk mengalami musim yang silih berganti. Berarti akan ada masa atau saat dimana musim yang kita nantikan tiba, dan juga akan melewati musim yang mungkin tidak kita sukai. Meskipun terus menerus terjadi perubahan, namun Tuhan ada dalam setiap musim, untuk memelihara, menjaga, dan memberkati umat-Nya. Namun tidak jarang kita meragukan kehadiran-Nya dalam musim-musim sulit yang sedang terjadi dalam hidup kita, merasa seakan Tuhan jauh dan bahkan mengabaikan kita.

Dari ayat di atas kita dapat belajar bahwa tidak untuk selamanya musim yang sama dialami manusia, melainkan akan datang musim yang baru, serta memberikan penegasan bahwa manusia tidak berkuasa untuk menahan musim, sebab Tuhan yang mengendalikannya. Artinya suka tidak suka dan mau tidak mau musim-musim tersebut akan kita alami, dan masih terjadi hingga kini.

Empat musim dalam Alkitab yang di alami oleh manusia:

1. Musim menabur dan menuai

Musim ini berlaku dalam segala segi hidup manusia, baik dalam hal uang, dosa dan kejahatan, kebaikan, ketaatan, dll. Barangsiapa menabuar, ia akan menuai, sebab adakalanya petani menabur benih, dan ada waktunya mereka menuai hasilnya (Pkh 3:1-2). Hukum tabur tuai ini haruslah menjadi perhatian lebih bagi umat Tuhan, sebab kita akan mendapat hasil dari sesuatu yang ditabur. Menabur adalah bagian manusia, dan bagian Allah memberi tuaian, tetapi yang terpenting adalah jangan menabur dosa dan kejahatan, supaya tidak menuai kebinasaan (Gal 6:8)

Bila air mata sudah terlalu banyak yang tertumpah, seiring dengan beratnya tekanan hidup, berharap pertolongan Tuhan namun tidak kunjung tiba, berdoa bertahun-tahun belum ada perubahan, dan telah sekian lama berada dalam musim menabur (menabur doa, air mata, pengharapan), janganlah berputus asa dan teruslah menabur, sebab musim menuai akan datang dalam kehidupan kita, dan bahkan tidak akan menjadi ia-sia segala sesuatu yang kita tabur, walaupun penuh air mata, pada akhirnya akan penuh dengan sorak-sarai (Maz 126:5-6).

2. Musim dingin dan panas

Bagi negara-negara dengan empat musim (musim semi, panas, gugur, dingin) akan sangat mengenal karakteristik dari musim dingin, musim dimana suhu udara di bawah normal bahkan minus. Musim dingin musim membuat masyarakat diserang kepanikan, di mana semua tanah pertanian, sungai, danau beku dan tertutup oleh salju karena suhu udara begitu dingin. Akibatnya hampir semua aktivitas pekerjaan tertunda selama musim dingin. Demikian juga musim dingin dalam kehidupan kita, perjuangan kita seolah-olah menjadi ‘beku’ dan ‘tertutup oleh salju’ kesulitan, rumah tangga sedang dingin, dan bahkan impian-impian yang ingin kita raih harus tertunda oleh banyak hal dan kesulitan-kesulitan yang menghadang. Bila musim dingin sedang kita alamai, inilah saatnya kita belajar menanti dengan sabar, karena segala sesuatu ada waktunya, musim panas akan segera datang.

3. Musim kemarau dan hujan

Kita yang berada negara beriklim tropis tidaklah asing dengan musim yang satu ini, musim yang yang banyak dikeluhkan oleh petani, sebab kemarau yang berkepanjangan akan berdampak pada tanah pertanaian, terjadi kekeringan, krisis air bersih, kebakaran hutan, bencana kelaparan, dll. Musim kemarau dalam hidup kita bisa berarti mengalami kekeringan dalam usaha/bisnis, finansial, kesehatan terganggu, kehilangan sesuatu,dll.
Seperti tanah kering yang menanti hujan turun, seperti itulah mungkin gambaran kehidupan kita di waktu ini, sedang menantikan hujan berkat dan pertolongan Tuhan tercurah, dan dalam penantian yang lama. Meskipun kemarau yang berkepanjangan dalam hidup kita, tetaplah percaya janji-jani-Nya, sebab firmanya: “……Baiklah kita takut akan TUHAN, Allah kita, yang memberi hujan pada waktunya, hujan pada awal musim maupun hujan pada akhir musim, dan yang menjamin bagi kita minggu-minggu yang tetap untuk panen” (Yer 5:24). Tuhan tidak akan menahan hujan, dan siap untuk membasahi hidup kita pada waktu-Nya.

4. Siang dan malam

Di waktu siang umumnya orang bekerja, beraktivitas, dan berjerih lelah, sambil menantikan datangnya malam untuk beristirahat dari jerih lelahnya. Tuhan memisahkan siang dan malam agar ada keseimbangan dalam hidup manusia, ada waktunya untuk bekerja dan ada waktu untuk beristirat. Namun ternyata tidak jarang kita mengalami siang yang “panjang”, kelelahan, letih, dan kehilangan semangat, yang disebabkan oleh beban hidup yang menindih, sehingga tidak berdaya lagi untuk menjalai kehidupan ini, putus asa, dan mulai menyerah dengan keadaan. Janganlah menjadi tawar hati dan kecewa, sebab waktunya akan tiba untuk kita mengalami “malam”, waktu untuk melepas letih, dan saat untuk menikmati segala kebaikan-Nya.


Empat musim kehidupan yang silih berganti, bisa datang kapan saja, dimana saja, dan kepada siapa saja. Kita tidak dapat menghentikan musim-musim tersebut terjadi, jalanilah bersama dengan Tuhan, sebab tidak untuk selamanya musim yang “kurang baik” itu akan kita alami. Dalam musim apapun, Dia selalu ada bersama dengan kita dan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan yang mengatur musim, Dia juga yang akan memberikan musim yang baru kepada kita.

BEBAS DARI BELENGGU MASA LALU


Waktu terus berlalu, meninggalkan kenangan masa lalu, seindah atau sepahit apapun segala sesuatu yang kita alami di waktu lampau, haruslah berani untuk melepaskannya. Sebab musim yang baru telah tiba, dan segala sesuatu yang barupun ada di depan kita. Rasul Paulus berkata “…..aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku”( Flp 3:13), ayat ini mengajak kita untuk mampu meninggalkan dan melepaskan belenggu masa lalu.
Orang yang masih terbelenggu dengan masa lalu akan cenderung takut untuk menapaki hari-hari di depan, dan seakan enggan untuk mengikuti waktu yang berputar, sebab hati dan pikirannya masih melekat di waktu lampau meskipun raganya sudah berada di masa kini. Tentu akan sangat merugikan bila kondisi seperti ini ternyata banyak dialami oleh jemaat Tuhan, karena kerinduan Tuhan agar setiap kita dapat maksimal dalam apapun juga dan sampai pada tujuan Ilahi. Padahal Tuhan mengatur dan mengendalikan waktu dan juga musim (Dan 2:21a), agar kita ada di dalam “kronos dan kairos-Nya”.

Apa belenggumu?

Belenggu masa lalu dalam kehidupan kita bermacam-macam, namun semuanya dapat menghambat laju iman kita. Belenggu-belenggu tersebut juga mampu merenggut masa depan, harapan menjadi pudar, hingga keputus asaan. Kenalilah belenggu apa yang masih mengikat hidup kita di masa kini, mungkin itu berupa:
  • Trauma masa lalu (kecelakaan, pelecehan, perampokan, perkosaan, diserang orang, dll)
  • Kepahitan terhadapan seseorang (sakit hati, dendam, kemarahan)
  • Okultisme (terikat perdukunan, mantra-mantra, berhala-berhala)
  • Sakit-penyakit (penyakit kronis, kanker, HIV, dll)


Apapun belenggu yang masih merantai kita hingga kini harus dibereskan dan dilepaskan, sehingga tidak menjadi beban di masa kini dan masa depan.

Keluar dari belenggu masa lalu

Keputusan untuk melepaskan belenggu masa lalu dibutuhkan, mengingat banyaknya manusia masih terbelenggu oleh kejadian di masa lalu, sehingga segala sesuatu yang seharusnya berorientasi pada masa depan malah semakin mundur karena dirinya terbelenggu oleh masa lalu yang pahit dan sakit itu. Ciri-ciri dari orang yang terbelenggu dengan masa lalu, antara lain:
  •  Takut melangkah
  • Takut mencoba
  • Takut gagal
  • Takut tertolak
  • Diliputi kekhawatiran
  • Perasaan bersalah
  • Ragu-ragu, bimbang, takut, dll


Ada berbagai respon yang berbeda bagi seseorang dalam menghadapi masa lalu; ada yang langsung melupakan kejadian masa lalunya, ada pula yang mengabaikan masalah di masa lalu, beberapa orang memilih menyelesaikan masalah dari masa lalu itu, dan tidak sedikit juga yang menjadikan masa lalu sebagai pelajaran berharga.

Langkah-langkah untuk mengalami pemulihan dan kebebasan yaitu dengan membereskan masalah-masalah di masa lampau, dengan cara:
  1. Mengakui di hadapan Tuhan
  2. Meminta pengampunan dari Tuhan
  3. Mengampuni diri sendiri
  4. Mengampuni orang-orang yang telah menyebabkan kita menderita
  5. Menjadikan masa lalu sebagai pelajaran beharga
  6. Menatap masa depan


Semangat baru di musim yang baru

Hari ini adalah masa lalu bagi masa yang akan datang. Begitu juga dengan masa yang akan datang akan menjadi masa lalu bagi masa yang akan datangnya lagi. Bila kita hanya berpangku tangan dan tidak berbuat sesuatu, maka kita akan ditinggalkan oleh waktu yang terus berlari kencang di hadapan kita. Masa yang sudah berlalu adalah masa yang tidak akan mungkin kembali dan tak akan pernah kembali lagi. Maka kita sebagai pelaku peristiwa dituntut untuk bersikap arif dan belajar memperbaiki apa yang sudah pernah kita lakukan pada masa lalu. Agar peristiwa pahit atau perbuatan salah yang pernah kita lakukan di masa lalu itu tidak akan pernah terjadi lagi pada masa-masa selanjutnya.

Dibutuhkan sebuah gairah dan semangat yang baru untuk berjalan dalam musim yang baru, sebab segala sesuatu yang baru telah Tuhan persiapkan, tetapi hanya akan diraih bagi mereka yang memiliki pikiran yang baru, hati yang baru, dan kehidupan yang baru. Tinggalkan belenggu masa lalu, dan sambut musim yang baru.