Tuesday, May 14, 2013

Kidung Agung


Kidung Agung dalam bahasa Ibrani disebut שיר השירים (Syir-hasy-syirim) atau Song of Songs dalam bahasa Inggris, secara harafiah berarti kidung dari antara kidung, kidung pilihan, kidung terbaik, paling indah[1]. Kitab ini dianggap sebagai nyanyian pernikahan yang terbaik yang pernah digubah. Nama kitab ini diambil dari ayat pertama”Kidung Agung dari Salomo”.
Kitab Kidung Agung merupakan yang pertama dari lima gulungan (meggilot) dalam kanon Ibrani yang digunakan dalam perayaan-perayaan hari raya Yahudi, Kidung Agung sendiri biasanya dibaca pada saat hari raya pasakah. Kitab ini ditulis oleh Salomo sekitar tahun 960 SM.

Ciri-ciri khas Kidung Agung
Kidung Agung merupakan sebuah kitab yang unik karena berisisi syair cinta[2], selain itu ada beberapa ciri menarik lainnya dari kitab ini yang berbeda dengan dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab, diantaranya:
  1. Merupakan satu-satunya kitab dalam Alkitab yang khusus membahas kasih unik di antara dua orang mempelai. Seluruh kitab ini melukiskan masa bercumbu-cumbuan dan kasih pernikahan, khususnya kebahagiaan orang yang baru menikah.
  2. Kitab ini merupakan karya sastra akbar yang penuh dengan kiasan sensual yang sopan, terutama diambil dari alam. Aneka metafora dan bahasa deskriptif melukiskan perasaan, kuasa, dan keindahan dari kasih pernikahan yang romantis, yang dipandang murni dan suci pada zaman Alkitab.
  3. Kitab ini termasuk salah satu dari sejumlah kecil kitab PL yang tidak dikutip atau disinggung dalam PB.
  4. Merupakan satu dari dua kitab (bd. kitab Ester) PL yang tidak secara jelas menyebutkan Allah (sekalipun beberapa naskah berisi petunjuk kepada "Tuhan" dalam Kid 8:6).
Kidung Agung ditafsirkan sebagai sebuah representasi kiasan dari hubungan Allah dengan Israel atau dengan orang Kristen atau dengan Gereja, atau Kristus dengan jiwa manusia, yang sangat intim sehingga diibaratkan seperti hubungan perkawinan[3].

Kanonisitas
Telah menjadi perdebatan dan pertanyaan besar sejak dahulu, kenapa kitab Kidung asmara seperti ini bisa masuk ke dalam Perjanjian Lama?. Meskipun Kitab ini dianggap Kontroversial oleh karena keunikan isinya yang dianggap membicarakan hal-hal yang bersifat erotis dan tabu yang di pandang tidak seharusnya masuk ke dalam kanon Alkitab, sehingga hampir jarang dikhotbahkan oleh beberapa hamba Tuhan. Namun ternyata Kidung Agung telah terlebih dahulu dimasukkan dalam Kanon Yahudi, kitab Kidung Agung dimasukkan dalam Tanakh Ibrani (Kitab suci Yahudi). Selain itu juga masuk dalam Septuaginta (terjemahan Tanakh dalam bahasa Yunani). Septuaginta lebih tua 7 abad dari pada konsili Nicea yang menghasilkan Kanon Alkitab.

Bukan tanpa adanya penolakkan oleh kaum Yahudi untuk memasukkan kitab Kidung Agung ke dalam Kanon mereka, tetapi dipenuhi dengan pertentangan. Kitab ini memang tidak secara langsung diterima ke dalam kanon Yahudi, seperti nampak secara tidak langsung dalam Misyna, “Seluruh dunia tidak ada nilainya bila dibandingkan dengan hari pada waktu Kidung Agung diberikan kepada Israel, semua kitab-kitab adalah kudus, dan Kidung Agung adalah yang maha kudus (Misyna Yadim 3:5)[4].


Sastra dalam Kidung Agung
Susunan dalam kitab Kidung Agung memang tidak mudah dikenali, ayat-ayatnya sering diulang kembali. Pembagian dalam kitab ini tidak didasarkan atas pikiran sistematis, melainkan oleh irama kidung sendiri[5]. Kitab Kidung Agung bukanlah tulisan himat, karena bentuknya yang menonjol adalah puisi cinta, bukan pengajaran atau perdebatan. Bentuk-bentuk lain yang ada dalam kitab ini, antara lain:
1.    Rumusan sumpah (Kid 2:7, 3:5, 5:8, 8:4), memperlihatkan betapa kuatnya teman-teman sang gadis mendukung penyerahan dirinya dan betapa sungguh-sungguh ia ingin bebas bersama-sama dengan kekasihnya tanpa diganngu.
2.    Nyanyian menggoda (Kid. 1:7-8) yang mengkap senda gurau antara dua kekasih yang ingin bersama-sama
3.    Nyanyian kebanggaaan (Kid. 6:8-10, 8:11), yang mengungkapkan kesukaan sang kekasih terhadap keuinikan gadisnya, kesukaan yang juga dirasakan oleh teman-teman yang bersama-sama memujinya.
4.    Ajakan untuk bercinta (Kid. 2:5, 4:16, 7:11-13, 8:14), yang diajukan oleh sang gadis, biasanya dalam bentuk perintah.

Ada beberapa tafsir yang dipakai untuk bisa memahami Kidung Agung, diantaranya:
a.    Tafsir Alegoris, dimana seluruh arti dan maksud teks bukan terletak pada kalimat-kalimat hurufiah didalamnya tetapi pada arti rohani yang dikandungnya.
b.    Tafsir Tipologis, metode ini berusaha mempertahankan pengertian harafiah puisi itu dengan menekankan tema-tema utama tentang kasih dan pengabdian, bukan tentang rincian kasih itu[6].
c.    Tafsir dramatis, memandang kitab ini sebagai drama yang memuji cinta kasih yang sifatnya lebih dari cinta jasmani saja[7].
Pembagian dalam Kidung Agung
Berdasarkan Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, secara garis besar kitab Kidung agung dibagi dalam beberapa bagian:
I. Syair Pertama: Mempelai Wanita Merindukan Mempelai Laki-Laki (Kid 1:2-2:7)
1.        Kerinduannya Diungkapkan (Kid 1:2-4a)
2.        Dukungan Para Sahabatnya (Kid 1:4b)
3.        Pertanyaannya (Kid 1:5-7)
4.        Nasihat Para Sahabatnya (Kid 1:8)
5.        Mempelai Laki-Laki Tampil dan Berbicara (Kid 1:9-11)
6.        Pernyataan Kasih Sayang di Antara Kedua Mempelai (Kid 1:12-2:7)
II. Syair Kedua: Kedua Kekasih Saling Mencari dan Berjumpa (Kid 2:8-3:5)
1.        Mempelai Wanita Melihat Kedatangan Mempelainya (Kid 2:8-9)
2.        Perkataan Pembukaan Mempelai Laki-Laki (Kid 2:10-15)
3.        Ungkapan Kasih Khusus Mempelai Wanita (Kid 2:16-17)
4.        Mempelai Laki-Laki Hilang dan Ditemukan Kembali (Kid 3:1-5)
III.Syair Ketiga: Iringan Pernikahan (Kid 3:6-5:1)
1.        Mempelai Laki-Laki Mendekati (Kid 3:6-11)
2.        Kasih Mempelai Laki-Laki Kepada Mempelai Wanita (Kid 4:1-15)
3.        Mempelai Wanita dan Mempelai Laki-Laki Bersatu (Kid 4:16-5:1)
IV. Syair Keempat: Mempelai Wanita Takut Kehilangan Kekasihnya (Kid 5:2-6:3)
1.        Mimpi Mempelai Wanita pada Malam Hari (Kid 5:2-7)
2.        Mempelai Wanita dan Para Sahabatnya Membicarakan Mempelai Laki-Laki  (Kid 5:8-16)
3.        Tempat yang Didatangi Mempelai Laki-Laki (Kid 6:1-3)
V. Syair Kelima: Kecantikan Mempelai Wanita (Kid 6:4-8:4)
1.        Penggambaran Mempelai Wanita oleh Mempelai Laki-Laki (Kid 6:4-9)
2.        Mempelai Laki-Laki dan Para Sahabatnya Membicarakan Mempelai Wanita (Kid 6:10-13)
3.        Penggambaran Mempelai Wanita Selanjutnya (Kid 7:1-8)
4.        Kasih Sayang Mempelai Wanita untuk Mempelai Laki-Laki (Kid 7:9-8:4)
VI. Syair Keenam: Puncak Keindahan Kasih (Kid 8:5-14)
1.        Hebatnya Kasih (Kid 8:5-7)
2.        Perluasan Kasih (Kid 8:8-9)
3.        Kepuasan Kasih (Kid 8:10-14)

Komentar pribadi terhadap Kidung Agung
1.        Kitab Kidung Agung mengungkapkan sisi  dari keinginan manusia yang di penuhi dosa untuk membangun kehidupan cinta dan kesetiaan berdasarkan daya tarik fisik, seks dan penampilan lahiriah. Kecenderungan ketidakpuasan terhadap apa yang telah dimiliki terlihat nyata dari gaya bahasa puitisnya yang penuh khayal atau imajinasi yang luar biasa.
2.        Kitab ini memperlihatkan bahwa Salomo adalah pribadi yang sangat lemah dan tidak sanggup mengendalikan diri terhadap segala daya tarik erotis yang merupakan salah satu fokus hidupnya yang terbesar dan yang sekaligus akhirnya menjeratnya.
3.        Menarik untuk memperlajari kitab ini, karena dengan penafsiran yang benar dapat memahami kiasan yang terkandung didalamnya tentang hubungan kasih di antara Allah dengan Israel, atau di antara Kristus dengan gereja, mempelai-Nya.. Juga dapat meberikan pelajaran bermakna dalam kehidupan pernikahan Kristen yang sesuai dengan kehendak Allah.
4.        Kitab yang dipenuhi dengan puitis dan nyanyian romantis ini dapat menyadarkan kita tentang betapa besarnya kasih Allah akan umatNya, serta kerinduan Allah bagi gerejaNya.

Kepustakaan:

1.        Darmawijaya, St, Pr. 2009. Seluk Beluk Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius
2.        http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Kidung_Agung, diakses pada 02 Maret 2013
3.        Lasor, W.S., et.al. 2007, Pengantar Perjanjian Lama 2: Satra dan Nubuat.Jakarta: BPK Gunung Mulia
4.        Lembaga Alkitab Indonesia. 2005. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas


[1] St. Darmawijaya, Pr, Seluk Beluk Kitab Suci, Kanisius, Yogyakarta, 2009, hlm. 264
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Kidung_Agung
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Kidung_Agung
[4] W.S. Lasor, D.A dan Hubard, F.W, Pengantar Perjanjian Lama 2, hlm. 166
[5] St. Darmawijaya, Pr, Op. Cit., hlm. 265
[6] W.S. Lasor, D.A dan Hubard, F.W, Op.Cit., hlm 174
[7] Loc. Cit


My Story


Tak terkecuali dengan saya, setiap manusia pasti memiliki 3 masa dalam hidupnya, yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan (past, present, future). Bagi  banyak orang masa lalu enggan untuk dikenang, pedih untuk diingat, dan itu juga berlaku bagi saya sebenarnya.  Di sebuah daerah yang dingin di kabupaten Malang, tepatnya Ampelgading. Sejak kecil saya menjadi anak yang pemalu, penakut dan pendiam. Tetapi kakak dan orang tua saya selalu memberikan dorongan untuk saya berani tampil di acara-acara natal dan sekolah minggu, ibu saya selalu berpesan kepada saya le ojo lali ‘njero’, artinya Nak, jangan lupa “dalam”. “Dalam” yang dimaksud ibu saya adalah “dalam nama Yesus”, jadi saya diajarkan mau mengerjakan apa aja, mau ke mana aja harus diawali dengan “dalam” yang artinya mesti berdoa dan itu terbawa hingga saat ini.

Berkali-kali luput dari maut

Saya merasakan penyertaan Tuhan dan kuasa doa yang luar biasa dalam perjalanan hidup saya, Tuhan telah berulangkali meluputkan saya dari bahaya dan maut. Dia tidak pernah tertidur dan tangan-Nya selalu menopang anak-anak-Nya sehingga tidak sampai tergeletak. Sewaktu SD kelas 5 saya pernah terjatuh di perapian, tetapi Tuhan meluputkan saya sehingga hanya tangan kanan saya yang terkena api. Saya juga pernah terjatuh dari pohon kelapa di kebun, sekitar 3 meter lebih dan pohon kelapa tersebut tepat di pinggir sungai yang berbatu, tetapi puji Tuhan, Dia menopang saya sehingga tidak sampai jatuh ke sungai walaupun saat itu saya sempat pingsan. Perlindungan-Nya juga saya rasakan ketika saya masih bekerja yang mengharuskan saya berkeliling di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), pada waktu itu saya sedang berada di Pulau Alor, tepatnya di Kalabahi hendak meneruskan perjalanan menuju Lembata (Lewoleba), saya menumpang sebuah kapal Feri ukuran kecil, tidak banyak penumpang pada saat itu karena musim angin dan gelombang besar. Jarak yang harus ditempuh sekitar 18 jam perjalanan, tetapi sekitar 6 jam perjalan di tengah lautun yang gelap kapal tersebut sangat oleng, hampir tenggelam, semua orang panik termasuk ABK dan sudah diperingatkan untuk mempersipakan baju pelampung, saya berdoa, berteriak kepada Tuhan dan luar biasa, Dia kembali meluputkan saya dari maut. Tuhan juga pernah meluputkan saya dari maut pada saat berada di Larantuka (Flores Timur), waktu itu terjadi badai siklon tropis, hujan deras disertai angin kencang sepanjang hari mengakibatkan banjir bandang, batu-batu sangat besar menghantam rumah-rumah dan hotel. Tetapi yang luar biasa, hotel tempat saya menginap diluputkan oleh Tuhan, padahal hotel lain yang berada persis di sebelah kanan saya menginap rusak parah dihantam batu dan hampir tenggelam dengan lumpur, sehingga banyak korban jiwa di tempat tersebut.

Masuk dalam ladang-Nya

Setiap kali melihat hamba Tuhan yang berkhotbah di mimbar, sejak kecil saya selalu membayangkan nanti saya akan berkhotbah seperti hamba Tuhan tersebut. Walaupun tidak ada seorangpun yang tahu kerinduan saya tentang hal ini, termasuk juga orang tua saya, tetapi rupanya Tuhan mendengar dan mengetahui isi hati saya. Tetapi Tuhan membawa saya dalam proses yang panjang dan penuh air mata dalam pelayanan. Dimulai dari hanya dipercaya oleh gembala untuk sapu dan pel gereja, mengatur kursi, membersihkan halaman gereja, menyiapkan minuman untuk para pelayan Tuhan, saya kerjakan itu dengan sukacita sejak saya SMA. Kesetiaan saya diperhitungkan oleh Tuhan, akhirnya saya dipercaya menjadi ketua pemuda remaja pada saat itu dan Dia terus membawa saya naik ke level yang lebih tinggi lagi, melayani di interdenominasi dan bergabung dengan PD. Roh Kudus yang ada di Jl. Ngagel Madya, Surabaya dan bergerak dalam pelayanan KKR ke daerah-daerah di Jawa Timur. Saya berpegang teguh pada firman Tuhan dalam I Timotius 4:12, saya menjadi tim inti termuda di PD tersebut, yang semuanya hamba-hamba Tuhan (Pdt) senior dari seluruh wilayah di Jawa Timur. Kerinduan saya untuk melayani Tuhan semakin berkobar, setelah menikah kami melayani di Kupang, NTT selama 2,5 tahun dan kembali Tuhan membawa saya untuk melayani di Dili, Timor Leste 2 tahun lebih.

Jalan Tuhan sulit dipahami

Tahun 2005, saya menikah dengan isteri saya Nancy di GBI Tampak Siring, kemudian satu bulan setelah itu kami mendapt visi dari Tuhan untuk melayani di Kupang, saya hanya ikut aja tuntunan Tuhan, walaupun di sana tidak ada keluarga dan belum tahu tinggal di mana. Akhirnya Tuhan mempertemukan kami dengan beberapa hamba Tuhan dan bergabung dalam sebuah Persekutuan Doa (PD) yang merupakan cikal bakal berdirinya GBI Kupang (Jl. Ikan Tongkol). Pada awal 2007 Tuhan memanggil saya untuk melayani sepenuh waktu, saya harus tinggalkan pekerjaan saya, sebuah keputusan yang berat dan penuh pertimbangan. Masa transisi yang berat bagi kami sekeluarga pada saat itu, tetapi bukan hanya itu saja, lebih dari 9 bulan setelah pernikahan kami akhirnya Tuhan menjawab doa kami, isteri saya hamil anak pertama. Dengan rutin setiap bulan isteri saya kontrol ke dokter, rasanya sudah tidak sabar untuk melihat anak pertama kami yang dalam kandungan. Pada usia 7 bulan, seperti biasa kami ke dokter kandungan untuk periksa dan USG, hasilnya semua normal, tetapi seminggu setelah pemeriksaan rutin tersebut saya dikagetkan dengan ucapan rekan sepelayanan saya, dia berkata “Pak Moses, koq perutnya ibu Nancy kelihatan agak mengecil?” saya tidak terlalu hiraukan ucapan teman kami tersebut, tetapi setibanya di rumah, seperti biasa saya selalu doakan dan tumpang tangan di perut isteri saya dan selalu ada respon berupa tendangan-tengan atau gerakan dari sang bayi, tetapi malam itu sama sekali tidak ada respon sampai pagi juga tetap sama. Besok sorenya kami putuskan untuk periksa kembali ke dokter, dan setelah diperiksa (USG), raut muka dokter mulai berubah, dokter masih berusaha memeriksa menggunakan beberapa alat yang lain, kemudian dia berhenti sejenak, dengan nada yang berat berkata kepada kami, “Pak, bayinya sudah tidak ada denyut jantungnya, sudah meninggal lebih dari 24 jam...”  Saya langsung lemas, isteri saya menangis sejadi-jadinya. Disaat saya memutuskan melayani sepenuh waktu, tetapi justru Tuhan ijinkan semuanya itu terjadi, bisa saja saya komplain sama Tuhan, tetapi itu tidak kami lakukan, saya dikuatkan dengan sebuah buku kecil yang berjudul “When God doesn't make sense’ kita tidak dapat menyelami pikiran Tuhan dan ada hal-hal tertentu yang tetap menjadi rahasia Allah. Tuhan membuat sesuatu indah pada waktunya, Dia menggantikan apa yang sudah diambil, sekarang kami memiliki sepasang anak (cowok dan cewek).

Dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia

Jalan berliku dan terjal seringkali ada di depan perjalan hidup saya, awal tahun 2010 Tuhan membelokkan langkah saya, rencana yang matang untuk hijrah ke Ambon, Tuhan gagalkan, pintu-pintu tertutup semuanya, saya hampir menyerah tetapi akhirnya saya melihat pertolongan dan kasihNya yang membawa saya pada kemenangan demi kemenangan. Bagi saya proses dalam hidup ini harus dinikmati, dijalani karena tidak ada sesuatu yang instan, ada harga yang harus dibayar untuk sebuah kemuliaan dan kemenangan. Seorang pemalu dan penakut seperti saya, bisa dipakai oleh Tuhan hanya karena sebuah kerinduan yang mendalam untuk melayani-Nya. Kini selain berkhotbah, melayani pelayanan pelepasan, penulis di majalah R1D Mag (diterbitkan oleh GBI Rayon 1D, Kelapa gading), Tuhan juga percayakan saya menjadi guru KOM (d/h SOM), dan untuk memperlengkapi diri dan menambah wawasan, saya sedang melanjutkan progam S2 (M.Th) di STTB The Way. Saya memilik prinsip sedeharna dalam hidup, semua dari Dia, oleh Dia dan kepada Dia. Amin
My Family

Terjebak Pola

Suatu ketika teman saya meminta kepada setiap peserta seminar untuk membuat sebuah gambar pemandangan. Setelah beberapa menit, mereka menunjukkan hasilnya dan itu sangat mengagetkan saya, karena hampir seluruhnya menggambar pemandangan dengan tema yang sama. Rata-rata mereka menggambar gunung, ada jalan dan di samping kanan kirinya sawah, kemudian ditambah beberapa pohon. Mereka tidak berasal dari sekolah yang sama, usianya juga tidak sama bahkan tempat asalnya berbeda, namun kenapa hasilnya sama? jawabannya sederhana karena kabanyakan manusia sudah terjebak dengan sebuah pola.

Ketika masih SD, para guru membimbing ketika menggambar sebuah pemandangan harus ada sawah, gunung, jalan dan pohon, rupanya pola tersebut terbawa dan merasuk dalam alam pikiran sehingga menjebak kita dan susah untuk menuangkan ide-ide baru.
Dalam kekristenan, tidak sedikit orang percaya yang juga mulai terjebak dengan sebuah pola tertentu dalam hidupnya, sebagai contoh jikalau berdoa harus tutup mata dan lipat tangan, padahal dalam alkitab tidak pernah disebutkan seperti itu, tetapi guru-guru sekolah minggulah yang mengajarkannya. Dalam ibadah gerejapun sudah terjebak pola liturgi, biasanya dalam ibadah dimulai dengan 1 lagu penyembahan, 2 lagu praise, 1 lagu penyembahan kemudian khotbah disampaikan, persembahan dan penutup. Pola-pola seperti ini sama halnya sedang membatasi pekerjaan dan karya Roh Kudus, tetapi jika demi keteraturan dan kekusukkan dalam beribadah yang menjadi alasan utama mungkin sah-sah saja.

Bangsa Israel pernah terjebak dengan pola, ketika mereka dalam perjalanan menuju laut Teberau, mereka mulai  bersungut-sungut kepada Allah dan Musa, sehingga Tuhan mengirim ular tedung dan memagut mereka. Tetapi akhirnya Tuhan memberikan jalan keluar bagi mereka, Tuhan menyuruh Musa untuk membuat ular tembaga dan menaruhnya disebuah tiang, supaya apabila mereka terpagut ular tedung dan melihat pada ular tembaga itu akan selamat (Bilangan 21:4-9). Rupanya Nehustan atau patung ular tembaga tersebut masih tetap disimpan oleh kaum Israel dan menjadi objek penyembahan, sehingga mereka terjebak dengan pola lama sampai sekitar 800 tahun lamanya. Hingga pembaharuan besar-besaran dilakukan oleh Hizkia pada zamannya, akhirnya Nehustan tersebut dihancurkan (2 Raja-raja 18:1-4).

Wasdalah, jangan sampai kita terjebak pola tertentu, karena itu akan membuat kita sulit untuk keluar dari lingkaran pola tersebut dan mengkerdilkan kuasa Tuhan yang besar. Kita tidak akan pernah bisa menikmati kemustahilan dan kemaha-kuasaanNya, jika masih nyaman dan bahkan menikmati sebuah kehidupan yang terpola. Saatnya berani keluar dan meninggalkan pola-pola atau model-model apapun yang menjebak hidup kita. 



KAPERNAUM


Kapernaum merupakan pusat penangkapan ikan dan perniagaan yang penting dan ramai bagi orang Galilea, kota ini terletak di tepi laut utara Danau Galilea, tepatnya 2.5 mil (4 km) dari Sungai Yordan. Di masa kini, Kapernaum disebut Kefar Nahum (Ibrani), artinya kota Nahum (=Tuhan Menghibur) dan juga disebut Talhum (Arab). Kapernaum berlokasi di persimpangan jalan rute-rute perdagangan yang penting, Kota ini dilalui oleh jalan utama Via Maris di antara Damaskus (Siria) dan Kaisarea Maritima di Laut Mediterania, dan di antara Tirus dan Mesir. Kapernaum juga dikenal dengan tanah-tanah yang subur mengelilinginya. Kota kuno Kapernaum ditinggalkan ribuan tahun yang lalu sebelum ditemukan lagi oleh para arkelog pada awal tahun 1800. Lokasinya berada dibawah garis laut, dan 10 mil (16 kilometer) dari Tiberias.

 “Kotanya” Juru Selamat

Dari sekian banyak kota di Israel, Kapernaum adalah salah satu yang memiliki arti penting dan paling sering disebut dalam Alkitab PB. Di sinilah Yesus pernah tinggal (Mat. 4:13) dan mengajar (Luk. 4:31), murid-murid Yesus seperti: Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes juga tinggal di Kapernaum. Tempat ini memainkan peranan penting dalam kehidupan dan pelayanan Yesus. Penduduk Kapernaum, termasuk warga kelas atas, mereka mendapat kesempatan yang unik dan berlimpah untuk mendengar Firman Yesus Kristus secara langsung dan menyaksikan kuasa, kasih dan kemahakusaan-Nya.

Seorang Perwira Roma membangun sebuah Sinagoge di Kapernaum untuk Orang Yahudi (Luk 7:1-5).Dia adalah Perwira yang hambanya disembuhkan oleh Yesus dari sakit lumpuh yang parah (Mat. 8:5-13; Luk 7:1-10). Di Sinagoge ini Yesus biasa mengajar (Yoh 6:59; Mark 1:21; Luk 4:33). Yesus menyembuhkan orang yang kerasukan setan juga di tempat ini (Mark 1:21-28) dan di tempat yang sama Ia menyampaikan tentang roti hidup (Yoh 6:25-59).
Sinagoge di Kapernaum ini dekat dengan danau dan dibangun sedemikian rupa sehingga sewaktu orang Yahudi berdoa di tempat tersebut, mereka menghadap Yerusalem. Kemudian Sinagoge ini dihancurkan bersama dengan Bait Yerusalem, sekitar tahun 70 M. Beberapa tahun sesudah itu, Sinagoge lama digantikan dengan Sinagoge berbatu putih (mungkin sekitar tahun 250-300 M). Tak jauh dari Sinagoge, ada sebuah rumah batu milik Petrus. Di rumah inilah Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus (Mat. 8:14-16). Pada tahun-tahun setelah kematian dan kebangkitan Yesus, rumah ini telah menjadi rumah gereja yang turut dihancurkan saat kota itu ditaklukan. Arkeolog Stanislao Loffreda melaporkan, rumah itu dibangun pada akhir jaman Hellenistic (abad pertama SM).
Dalam penggalian di Kapaernaum, para arkeolog menemukan 131 gulungan naskah kuno yang ditulis dalam bahasa Yunani (110), Aram (10), Estrangelo (9), dan Latin (2). Nama Yesus disebutkan beberapa kali. Dalam salah gulungan tersebut Yesus disebut Kristus, Tuhan, dan Allah Yang Maha Tinggi. Juga terdapat simbol dan monogram, yaitu: salib dalam berbagai bentuk, sebuah perahu, monogram Yesus. Nama Rasul Petrus disebutkan setidaknya dua kali, monogramnya tertulis dalam bahasa Latin tetapi menggunakan huruf Yunani.

Kota yang penuh mujizat

Kapernaum menjadi kota yang sangat spesial bagi Yesus, karena disamping Ia banyak mengajar di tempat itu, Ia juga banyak sekali mengadakan mujizat di Kapernaum. Alkitab mencatat ada beberapa mujizat yang dilakukan Yesus di Kapernaum, diantaranya:
  • Anak perempuan dari Yairus yang telah mati dibangkitkan (Mark 5:22; Luk 8:41)
  • Melepaskan orang yang kerasukan setan di Sinagoge (Mark 1:21-28)
  • Orang lumpuh sembuh (Mark 2:1-12)
  • Yesus membuat empat murid menangkap ikan dengan cara yang ajaib (Luk 5:1-11)
  • Yesus menyediakan uang pajak yang harus dibayar Petrus melalui 4 dirham yang ada di mulut ikan (Mat  17:24-27)
  • Yesus menyembuhkan pegawai perwira yang sakit parah (Mat. 8:5-13)
  • Menyembuhkan anak seorang pegawai istana (Yoh 4:46-54)
  • Menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang banyak (Mark 1:29-34)
Namun, meskipun ada banyak mujizat yang Yesus kerjakan di Kapernaum, banyak penduduknya yang tetap tidak bertobat dan percaya. Karena itu bersama dengan Khorazim dan Bethsaida, Kapernaum menerima peringatan keras dari Yesus, kota-kota tersebut dikecam oleh Yesus ....“Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu” (Mat. 11:20-24) Demikianlah akhirnya, kota-kota tersebut dihancurkan, sementara Kapernaum menjadi reruntuhan selama berabad-abad. Saat ini penghuni Kapernaum terdiri dari Biara Fransiskan dan Gereja Ortodoks Yunani.

Kota yang telah dibangun sekitar abad ke 2 SM pada periode dinasti Hasmonean ini, meninggalkan banyak bukti sejarah dan sekaligus menjadi saksi kemahakuasaan Tuhan Yesus dimana banyak mujizat telah dilakukan oleh Yesus di Kapernaum. Mujizatnya belum berhenti dan terus dinyatakan, tetapi hanya berlaku bagi yang percaya dan berdoa kepadaNya, karena mujizat masih ada.