Suatu
ketika teman saya meminta kepada setiap peserta seminar untuk membuat sebuah
gambar pemandangan. Setelah beberapa menit, mereka menunjukkan hasilnya dan itu
sangat mengagetkan saya, karena hampir seluruhnya menggambar pemandangan dengan
tema yang sama. Rata-rata mereka menggambar gunung, ada jalan dan di samping
kanan kirinya sawah, kemudian ditambah beberapa pohon. Mereka tidak berasal
dari sekolah yang sama, usianya juga tidak sama bahkan tempat asalnya berbeda,
namun kenapa hasilnya sama? jawabannya sederhana karena kabanyakan manusia
sudah terjebak dengan sebuah pola.
Ketika
masih SD, para guru membimbing ketika menggambar sebuah pemandangan harus ada
sawah, gunung, jalan dan pohon, rupanya pola tersebut terbawa dan merasuk dalam
alam pikiran sehingga menjebak kita dan susah untuk menuangkan ide-ide baru.
Dalam
kekristenan, tidak sedikit orang percaya yang juga mulai terjebak dengan sebuah
pola tertentu dalam hidupnya, sebagai contoh jikalau berdoa harus tutup mata
dan lipat tangan, padahal dalam alkitab tidak pernah disebutkan seperti itu,
tetapi guru-guru sekolah minggulah yang mengajarkannya. Dalam ibadah gerejapun
sudah terjebak pola liturgi, biasanya dalam ibadah dimulai dengan 1 lagu
penyembahan, 2 lagu praise, 1 lagu
penyembahan kemudian khotbah disampaikan, persembahan dan penutup. Pola-pola
seperti ini sama halnya sedang membatasi pekerjaan dan karya Roh Kudus, tetapi
jika demi keteraturan dan kekusukkan dalam beribadah yang menjadi alasan utama
mungkin sah-sah saja.
Bangsa
Israel pernah terjebak dengan pola, ketika mereka dalam perjalanan menuju laut
Teberau, mereka mulai bersungut-sungut
kepada Allah dan Musa, sehingga Tuhan mengirim ular tedung dan memagut mereka.
Tetapi akhirnya Tuhan memberikan jalan keluar bagi mereka, Tuhan menyuruh Musa
untuk membuat ular tembaga dan menaruhnya disebuah tiang, supaya apabila mereka
terpagut ular tedung dan melihat pada ular tembaga itu akan selamat (Bilangan
21:4-9). Rupanya Nehustan atau patung ular tembaga tersebut masih tetap
disimpan oleh kaum Israel dan menjadi objek penyembahan, sehingga mereka
terjebak dengan pola lama sampai sekitar 800 tahun lamanya. Hingga pembaharuan
besar-besaran dilakukan oleh Hizkia pada zamannya, akhirnya Nehustan tersebut
dihancurkan (2 Raja-raja 18:1-4).
Wasdalah,
jangan sampai kita terjebak pola tertentu, karena itu akan membuat kita sulit
untuk keluar dari lingkaran pola tersebut dan mengkerdilkan kuasa Tuhan yang
besar. Kita tidak akan pernah bisa menikmati kemustahilan dan kemaha-kuasaanNya,
jika masih nyaman dan bahkan menikmati sebuah kehidupan yang terpola. Saatnya
berani keluar dan meninggalkan pola-pola atau model-model apapun yang menjebak
hidup kita.
No comments:
Post a Comment