Sebuah iklan
produk tertentu memberikan penawaran yang menggiurkan sekaligus menjebak.
Dengan font ukuran besar menawarkan diskon yang fantastik, tetapi ternyata ada
tanda bintang kecil di bawahnya yang berarti ada syarat dan ketentuan yang
berlaku untuk mendapatkan penawaran tersebut. Bukan hanya untuk sebuah produk,
syarat dan ketentuan juga diberlakukan untuk perekrutan karyawan, calon
mahasiswa, bahkan beberapa orang menerapkan untuk calon pasangan hidup. Tidak
heran jika di dunia kita sekarang hampir segala sesuatu diterapkan syarat dan
ketentuan sebagai sebuah standar.
Berbanding
terbalik dengan kenyataan di dunia ini terhadap apa yang diberikan oleh Yesus
kepada kita. Kasih-Nya, kebaikan-Nya, pengorbanan-Nya yang diberikan tanpa
menerapkan syarat dan ketentuan. Jika saja Allah menerapkan syarat dan
ketentuan tersebut, maka tidak akan ada manusia yang akan mendapat anugerah dan
keselamatan-Nya karena semua manusia telah berdosa (Rm 3:23) dan cemar di
hadapan Allah. Inilah anugerah yang sejati, dimana pemberian yang terbaik tanpa
didasari oleh kelayakkan dari sang penerima. Karena itu hargai anugerah dan
kasih karunia-Nya dalam hidup kita, memang anugerah diberikan secara gratis
atau cuma-cuma tetapi anugerah Allah tidak murahan tetapi mahal harganya. Hidup
dengan penuh ketaatan, tetap menjaga kekudusan dan hidup benar merupakan respon
kita terhadap kasih karunia-Nya.
Kekristenan
bukanlah merupakan sebuah agama sebenarnya, melainkan hubungan, yaitu hubungan
yang didasari oleh kasih Allah yang tak terbatas. Dimulai ketika Allah yang
mencari manusia bukan manusia yang mencoba untuk mencari Allah, hal ini
menunjukkan bahwa betapa pedulinya bahkan agungnya kasih Allah akan manusia.
Pertanyaan sekarang adalah kenapa Allah begitu menaruh perhatian yang khusus
kepada manusia?, Alkitab memberikan jawaban yang pasti, bahwa ternyata manusia
adalah ciptaan Tuhan yang mulia sehingga ini yang membuat manusia menjadi
sangat berharga di hadapan Tuhan. Menjadi berharga bukan karena kita hebat,
karena sesungguhnya kita diciptakan dengan bahan baku yang murahan, yaitu debu
tanah, tetapi yang membuat manusia berharaga dan spesial bagi Tuhan yaitu
ketika Allah sendiri yang menghembuskan nafas hidup ke hidung kita (Kej 2:7).
Sadari posisi
kita di hadapan Tuhan, bahwa kita manusia yang berdosa, yang lemah telah
mendapat kasih karunia Allah yang tidak terbatas bukan berdasarkan kelayakkan kita
atau telah memenuhi syarat dan ketentuan yang berlaku, namun karena kita sangat
berharga di mata Tuhan, sehingga tanpa memeperhatikan asas penerapan standar
kelayakkan Dia telah menganugerahi segala hal yang terbaik dalam hidup kita.
Sebuah pertanyaan untuk direnungkan sekarang:
§ Sudahkah kita
meresponi dan menghargai anugerah-Nya?
§ Apakah yang
sudah kita lakukan untuk Tuhan?
§ Apa yang akan
kita lakukan untuk Tuhan?