Tetapi Yesus berkata: “Setiap orang yang siap untuk
membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
Lukas 9:62
“Andai waktu dapat diulang”...kalimat
seperti itu sering dilontarkan oleh banyak orang, bukan hanya sebagai bentuk
ekspresi penyesalan, tetapi juga keengganan
untuk meninggalkan pengalaman-pengalaman mengesankan atau masa indah di waktu
yang lalu. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia memiliki tiga masa dalam
hidupnya, yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan. Walaupun dengan respon
yang berbeda-beda, tetapi terhadap masa lalu yang penuh dengan kenangan,
kejayaan, keindahan agak sulit untuk dilupakan begitu saja, sehingga tidak
sedikit orang yang lebih suka menoleh ke belakang ketimbang menatap ke depan.
Tak terkecuali dengan isteri Lot, yang memilih menoleh ke belakang dari pada
menuruti perintah Tuhan (Kej 19:26). Seperti magnet yang sangat kuat segala sesuatu
yang ada di Sodom dan Gomora, hal ini yang membuat isteri Lot dengan berat hati
untuk terus melangkah ke depan meninggalkan Sodom dan Gomora dan akhirnya
menoleh ke belakang dan berakibat fatal, dia menjadi tiang garam. Tiang garam sebagai simbol keterikatan
manusia akan harta dan keduniawian melebihi Tuhan.
Sebuah mobil
didisain dengan kaca spion yang jauh lebih kecil dibanding kaca depan mobil
tersebut, tujuannya agar pengemudi tidak fokus pada kaca spion untuk melihat
segala sesuatu yang ada di belakang, tetapi tertuju kepada arah yang ada di
depannya. Itulah sebabnya Rasul Paulus mengerti betul bagaimana menyikapi masa
lalunya, dalam Filipi 3:13 “Saudara-saudara,
aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang
kulakukan, aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri
kepada apa yang di hadapanku.” Paulus memilih untuk tidak menoleh
kebelakang, melainkan pandangannya tertuju kepada apa yang ada di depannya. Dia
rela meninggalkan kenangan masa lalu, bahkan kejayaan masa lalu, dan menganggap
semua itu sampah, tidak ada gunanya (Flp 3:8).
Jika kita hanya
terfokus dengan masa lalu, sampai kapanpun tidak akan pernah meraih apa yang
Tuhan janjikan dalam kita, dan bahkan tidak pernah sampai pada destiny ilahi.
Sehingga yang perlu kita lakukan sekarang adalah melupakan yang telah ada di
belakang kita (itulah sikap terhadap masa lalu), dan mengerjakan segala sesuatu
yang Tuhan percayakan dengan segenap hati, mempergunakan waktu dan kesempatan
dengan bijak (itulah sikap terhadap masa kini), serta dengan pengharapan yang
teguh tentang janji-janji-Nya (itulah sikap terhadap masa depan), maka Tuhan
Yesus yang telah menolong dan memberkati kita di masa lampau, akan tetap
memberkati kita hari ini, bahkan terus memberkati hari esok kita (Ibr 13:8).
No comments:
Post a Comment