Tuesday, April 23, 2013

Toyohiko Kagawa

“Pahlawan Kaum Buruh di Jepang”

Toyohiko Kagawa lahir di Kobe, Jepang pada tanggal 10 Juli 1888. Ayahnya adalah seorang politikus dan pembesar di Jepang. Ia dilahirkan dari seorang ibu yang merupakan gundik dari ayahnya. Kagawa kurang merasakan kasih sayang dari orang tua, karena sejak ia masih berusia empat tahun, ibunya meninggal, ridak lama berselang, ketika ia masih muda ayahnya juga meninggal dunia. Akhirnya, Kagawa dipelihara oleh ibu dan nenek tirinya di desa Awa. Penderitaan yang berat dia alami sejak kecil, nenek tiri yang mengasuhnya adalah seorang yang kejam sehingga Kagawa kerap mendapat perlakuan yang buruk.

Harga yang mahal untuk sebuah Kelahiran Baru

Setelah menyelesaikan pendidikan rendahnya di Awa, ia dikirim untuk melanjutkan sekolah di kota dan tinggal bersama pamannya. Di sekolah, ia tidak disukai oleh teman-temannya, karena ia tidak mau mengikuti kebiasaan-kebiasan buruk seperti yang teman-temannya lakukan, seperti berjudi, mencuri dan melacur.
Kagawa adalah seorang yang cerdas dan memiliki pendirian yang kuat, karena alasan itulah maka pamannya mengirim Kagawa belajar bahasa Inggris pada seorang pendeta Gereja Presbiterian, yang bernama Katayama tetapi Kagawa menyebutnya Dr. Harry Myers. Sejak saat itulah Kagawa mulai mengenal kekristenan, ia mulai berdoa sekalipun ia belum menjadi Kristen, ia mulai tertarik untuk membaca dan menghafal ayat-ayat Alkitab, terutama mengenai Khotbah di Bukit. Ia begitu memiliki kerinduan untuk menjadi sama seperti Kristus, dalama doanya hal yang dimintanya adalah “ Jadikanlah aku seperti Kisrtus.” Akhirnya, pada usia 15 tahun tanpa sepengetahuan pamannya ia dibaptis dan menjadi Kristen.
Setelah tamat di sekolah menengah, pamannya menyuruh melanjutkan kuliah pada Imperial University, namun Kagawa menolaknya dan dengan penuh keberanian dan siap akan resiko apapun yang akan ia tanggung, akhirnya Kagawa menyatakan bahwa ia telah menjadi seorang Kristen. Rupanya dia harus membayar harga yang mahal untuk sebuah iman dan kepercayaan akan Tuhan Yesus, ketika mendengar hal tersebut pamannya mengusir Kagawa. Kemudian ia di tampung oleh Dr. Myers dan disekolahkan di Presbyterian Collage di Tokyo sejak tahun 1905. Ia menaruh perhatian pada Filsafat, masalah sosial seluruh bidang hidup manusia terutama menyangkut tindakan-tindakannya.

Menemukan panggilan pelayanan

Di sekolah inilah ia mengetahui bahwa panggilannya adalah untuk membantu orang-orang miskin. Kesadaran atas panggilan tersebut direspons olehnya dengan serius. Salah satu perhatiannya adalah soal kemiskinan yang mendera Jepang di awal abad kedua puluh. Perekonomian masyarakat Jepang pada awal abad kedua puluh memang terpuruk. Pertumbuhan ekonomi melambat dan tingkat kemiskinan amat tinggi. Untuk lebih mendekatkan diri pada pokok masalah, sejak tahun 1909 ia memutuskan untuk tinggal bersama-sama orang-orang miskin di sebuah gubuk berukuran 2x2 meter di daerah Shinkawa. Kagawa menyisihkan uangnya untuk membantu masyarakat miskin di sana untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Salah satu sumbangan Kagawa bagi pemberantasan kemiskinan adalah dengan meneliti secara ilmiah penyebab, akibat, dan cara menanggulangi kemiskinan. Hasil peneltiannya terangkum dalam buku Ilmu Jiwa tentang Kemiskinan (The Psychology of Poverty). Buku tersebut mendapat perhatian dari pemerintah Jepang, sehingga pemerintah berupaya menghapuskan daerahdaerah pemukiman orang miskin dan menggantinya dengan perumahan murah. Selain itu Kagawa juga mendirikan badan kredit, sekolah, rumah sakit, dan gereja, dan menulis serta berbicara secara ekstensif pada penerapan prinsip-prinsip Kristen untuk urutan masyarakat.

Pejuang bagi kaum miskin

Usaha-usaha Kagawa sempat terhenti sebentar karena ia harus melanjutkan studinya di Universitas Princeton, Amerika. Setelah pendidikan seminarinya selesai kira-kira pada tahun 1914-1917 kemudian ia kembali lagi ke Sinkawa. Kesadaran kaum pekerja mulai timbul pada tahun 1921 ketika kaum buruh dari galangan kapal Kawasaki dan Mitsubishi di Kobe mengadakan mogok kerja. Puncak kegiatan Kagawa dalam bidang sosial adalah ketika ia mulai suatu gerakan yang disebut “Gerakan Kerajaan Allah” usaha tersebut dimulai dengan kampanye-kampanye yang serentak diadakan di enam kota terbesar di Jepang.
Gerakan ini berusaha mengabarkan Injil kepada tiap kelompok dan golongan: petani, buruh industri dan pabrik, nelayan, buruh tambang, pekerja bidang transport, buruh-buruh kasar bidang pekerja umum. Gerakan ini juga disebut Gerakan pekabaran Injil sekaligus gerakan perbaikan sosial. Gerakan Kerajaan Allah ini juga dimaksudkan untuk menciptakan persaudaraan baru dengan membentuk pelbagai macam perhimpunan kaum buruh yang besifat koperasi. Dalam kampanyenya ia juga mengkritik gereja dengan pedas, antara lain: Kejahataan gereja terbesar pada abad ini ialah bahwa walaupun di antara anggota-anggotanya terdapat banyak penganggur, orang miskin, dan orang kelas paling bawah yang tidak memiliki hak-hak apa pun, tetapi gereja sering tidak mengulurkan tangannya untuk mengangkat mereka.

Kagawa ingin mewujudkan suatu masyarakat Kristen serta menjadikan seluruh dunia sebagai masyarakat Kristen yang didasarkan pada kasih dan salib Kristus. Kagawa banyak mengadakan perjalanan ke luar negeri untuk mempropagandakan gerakanya itu. Pidatonya yang terkenal yaitu menyangkut hati nurani “Nurani manusia itu sendiri adalah politik, ekonomi, pendidikan dan ilmu pengetahuan akan berjalan dengan sendirinya.”
Bukan hanya di dalam negeri, Kagawa juga aktif menyoroti kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang terutama selama berlangsungnya Perang Dunia Kedua. Pada musim panas 1941, Kagawa pernah mengunjungi Amerika Serikat dalam upaya untuk mencegah perang antara Jepang dan Amerika Serikat. Sayangnya usaha ini digagalkan oleh pemerintah Jepang yang malah memutuskan menyerang pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour di akhir tahun itu. Setelah perang, Kagawa fokus mengabdikan dirinya mengembangkan demokrasi dan budaya tradisional Jepang. Ia meninggal di Tokyo pada 23 April 1960.

Kagwa dikenal sebagai pionir dari gerakan buruh di Jepang, pendiri Serikat Buruh yang pertama di Jepang, dia juga dikenal sebagai salah seorang tokoh sosialis Jepang pertama yang berseru dengan suara nyaring melawan materialisme, kapitalisme, kekerasan dan pengertian agama statis. Pahlawan bagi kaum marjinal.

No comments:

Post a Comment