Sebuah pemahaman akan teori atau
ajaran teologis tidak boleh berhenti hanya di ranah kognitif saja, melainkan
berlanjut ke ranah afektif (sikap) dan psikomotorik (tindakan), dengan kata
lain menghidupi atau melakukan apa yang telah kita pahami jauh lebih berguna
ketimbang hanya memperbanyak pengetahuan tanpa mampu mempraktekkannya. Johann
Heinrich Pestalozzi salah satu tokoh yang juga tidak sabar dengan sistem
dogmatis yang berlaku dalam gereja Reformasi pada saat itu. Dimana para
pendukung sistem tersebut hanya bisa dan rajin menyusun ajaran teologis, namun
tanpa mewujudkan ajaran tersebut kedalam kehidupan sehari-hari. Pria kelahiran Zürich,
Swiss 12 Januari 1746 ini dibesarkan oleh ibunya, karena ayahnya telah
meninggal ketika ia berusia 6 tahun. Sebetulnya pada masa kecilnya, Pestalozzi
merupakan anak yang tidak begitu tertarik dengan tugas-tugas belajar yang
menggunakan metode menghafal di sekolah, tetapi dia lebih berminat dengan
tugas-tugas yang menggunakan daya imajinasi.
Pestalozzi remaja melihat adanya
ketidakadilan dan penindasan yang dilakukan oleh para penguasa terhadap rakyat
di daerah itu, sehingga ia prihatin terhadap nasib mereka yang tertindas dan
ingin menolong mereka memperoleh pendidikan. Pendidikan yang memadai dianggap
sebagai solusi untuk keluar dari penindasan tersebut. Atas dorongan kakeknya Pestalozzi
masuk ke salah satu perguruan tinggi. Akan tetapi, ketika menempuh proses
pembelajaran di perguruan tinggi, Pestalozzi lebih tertarik pada gaya penulisan
dan pemikiran pengarang klasi
Pandangan Teologis
Pestalozzi adalah seorang Kristen
yang mentaati kedua hukum ilahi yang diutamakn kembali oleh Yesus, yaitu
“Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan
dengan segenap kekuatanmu. Dan Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri.” Ia sangat menghayati kedua hukum ini. Dipun kerap memakai
pengertian-pengertian sederhana untuk menjelaskan tentang iman Kristen. Dalam
pandangan teologisnya, Pestalozzi memberikan penjelasan bahwa untuk menentukan
sebuah metode pendidikan teologis yang baik, perlu didasarkan pada beberapa hal,
antara lain:
1. Kepercayaan Kepada Allah
Jika Allah Bapa bukanlah Bapa kita, maka tidak ada dasar lain yang
dapat dipercayai untuk menghadapi tantang hidup ataupun mengembangkan
pendidikan yang berhasil.
2. Alam Sebagai Pedoman
Pestalozzi tidak mengaggap alam sebagai kekuatan yang merdeka,
seakan-akan alam itu berdiri atas kekuatannya sendiri, melainkan percaya bahwa pencipta
alam adalah Allah sendiri. Jadi bagi Pestalozzi alam tersebut bergantung kepada
kehendak Allah.
3. Yesus Sebagai Juruselamat Dunia
Nama Allah dan Yesus terus dimasukkan kedalam karyanya, hal ini
menunjukkan bahwa betapa pentingnya hubungan dengan Yesus baginya. Pestalozzi
betul-betul hidup untuk melayani orang-orang yang paling hina. Dan dia sangat
mengharapkan tindakan-tindakan yang serupa dilakukan oleh para
pendidik-pendidik lainnya. Dan hendaknya berpatokan kepada Tuhan Yesus Kristus.
4. Manusia: Jati Diri dan Tugasnya
Jati diri manusia dibahas dalam tiga pokok yakni:
a) Sebagai makhluk dari alam
Pestalozzi mengajarkan bahwa manusia memiliki struktur jasmani yang sama, walaupun terdapat perbedaan secara alamiah. Setiap manusia berhak untuk bertahan hidup baik dari golongan orang terpelajar maupun yang sangat rendah pendidikannya. Yang sangat dibutuhkan dalam hal ini ialah kesadaran setiap orang sebagai makhluk yang bersosial.
b) Sebagai makhluk sosial
Terkadang orang-orang menyerahkan sebagian kemerdekaanya atau apa yang dia punya untuk meperoleh keamanan. Orang yang mempunyai harta akan lebih tinggi dari mereka yang tidak punya atau bisa disebut seperti seorang raja. Sedangkan dalam hati manusia selalu timbul kebutuhan-kebutuhan yang lain, sehingga dalam diri seseorang harus hidup sebagai makhluk yang bermoral.
c) Sebagai makhluk moral
Moralitas adalah prestasi dari kehendak manusia, suatu hasil watak yang baik yang menang atas perasaan yang memntingkan kepentingan sendiri. Untuk bertumbuh secar moral, kita harus merasa secara dalam. Dengan kat lain, suatau tindakan atau kelakuan boleh dikatakan sebagai moral sejauh manan tindakan atau kelakuan itu dilaksanakan karena dipaksa oleh kebiasaan sosial atau hukum negera, tetapi dari keputusan pribadi.
Pestalozzi mengajarkan bahwa manusia memiliki struktur jasmani yang sama, walaupun terdapat perbedaan secara alamiah. Setiap manusia berhak untuk bertahan hidup baik dari golongan orang terpelajar maupun yang sangat rendah pendidikannya. Yang sangat dibutuhkan dalam hal ini ialah kesadaran setiap orang sebagai makhluk yang bersosial.
b) Sebagai makhluk sosial
Terkadang orang-orang menyerahkan sebagian kemerdekaanya atau apa yang dia punya untuk meperoleh keamanan. Orang yang mempunyai harta akan lebih tinggi dari mereka yang tidak punya atau bisa disebut seperti seorang raja. Sedangkan dalam hati manusia selalu timbul kebutuhan-kebutuhan yang lain, sehingga dalam diri seseorang harus hidup sebagai makhluk yang bermoral.
c) Sebagai makhluk moral
Moralitas adalah prestasi dari kehendak manusia, suatu hasil watak yang baik yang menang atas perasaan yang memntingkan kepentingan sendiri. Untuk bertumbuh secar moral, kita harus merasa secara dalam. Dengan kat lain, suatau tindakan atau kelakuan boleh dikatakan sebagai moral sejauh manan tindakan atau kelakuan itu dilaksanakan karena dipaksa oleh kebiasaan sosial atau hukum negera, tetapi dari keputusan pribadi.
5. Pengalaman Beriman Secara Pribadi
Pengalaman-pengalaman tersebut didadapatkan dari pengalaman yang
dilewatinya sejak kecil baik dalam suka maupun duka, dalam hidup bersosial, dalam
hubungan dengan dilingkungan dan dalam pengabdian diri kepada Allah.
Sumbangsih dalam dunia pendidikan
Pestalozzi dikenal sebagai seorang pendidik yang mempelopori sistem
pendidikan (pedagogue) baru di Swiss dan dikenal sebagai Pendiri Sekolah Dasar
Modern. Menurut Pestalozzi, perbaikan pendidikan perlu dilaksanakan sekaligus
dari dua segi , yakni dari segi praktek dan teori . Urutan ini mencerminkan
cara Pestalozzi menjadi seorang ahli pendidikan. Ia tidak memulai panggilan
hidup sebagai pendidik setelah mengembangkan teori pendidikan lebih dahulu.
Teori berasal dari pengalamannya di ruang kelas. Menurut pemikiran Pestalozzi ,
ada tiga lingkungan dimana pendidikan terjadi, yakni rumah tangga, rumah
dermawan, dan sekolah. Sedangkan ada empat pengajar dalam pendidikan yang
saling berhubungan dan memberikan pengaruh yang besar bagi keberhasilan
pelaksanaan pendidikan, yaitu orang tua,
guru sekolah, teman sebaya, dan pengalaman hidup. Pestalozzi percaya bahwa pendidikan
akan mengubah mutu kehidupan seseorang.
No comments:
Post a Comment